"PAPAAAA~"
Teriakan nyaring itu datang dari arah pintu masuk kantor. Varo langsung meletakkan dokumen yang di pegang nya dan bergegas menyambut Alandra, Andreo dan Antasena.
"Tadi Sena menggambar mama, papa, kak Rion, kak Andra, dan kak Reo, dan dapat pujian." Anak perempuan berusia hampir 7 tahun itu menunjukkan hasil gambarannya.
Varo mencium pipi chuby anak itu dan memujinya. Pandangannya teralih ke arah Andreo dan Alandra. Baju mereka tampak kotor di sana sini, lutut keduanya terluka. Ia juga memperhatikan baju anak perempuannya yang tampak berbeda.
"Bisa jelasin sama papa kenapa kedua kakak mu terluka." Pinta pria itu pada anak perempuannya. Sena mengerucutkan mulutnya, entah apa yang merubah emosi anak kembar tiganya itu.
"Tadi ada yang mengejek kak Andra, jadi Sena memukulnya, lalu anak yang lain mendorong kak Reo lalu kami berkelahi dan untungnya kami menang." Setelah mengatakan kata menang si kecil itu tersenyum senang.
"Mereka mengejek apa sampai anak perempuan papa yang cantik ini berani memukul anak nakal itu?"
Ketiganya mendadak diam, membuat Varo mengerutkan dahi.
Alandralah yang pertama bicara. "Ini masalah anak kecil, orang dewasa nggak boleh ikut campur."
"....." What?!
Andreo menimpali ucapan kakaknya. "Papa jadi papa yang baik aja."
"....." Ee??
"Masalahnya sudah beres, papa tidak perlu khawatir. Ayo kita pulang!!. Sena kangen mama sama kak Arion." Sena yang terakhir bicara, menarik tangan Varo.
"......"
Varo menarik nafas dalam. Entah apakah ketiga anaknya ini sebenarnya sudah dewasa sebelum waktunya atau memang sifat bawaan mereka memang seperti ini. Ketiganya tidak pernah sekalipun mengeluh pada Varo. Ia bahkan harus mencari tau melalui bodyguardnya tentang apa yang terjadi dengan anak-anaknya.
"Papa pergi sebentar ya! kalian temenin mama sama kak Rion." Varo berbalik pergi bersembunyi di belakang pintu sementara si kembar masuk kedalam ruangan serba putih itu.
Varo membaca pesan dari bodyguard yang ia tugaskan untuk menjaga si kembar di sekolah. Ketiga anaknya yang masih kecil itu mendapatkan bullying dan para guru malah hanya menganggap hal itu biasa.
"Hubungi pengacara ku! Pastikan sekolah swasta itu tutup besok." Perintah menakutkan diucapkan seorang Azri Alvaro dengan nada kejam seperti biasanya. Ia berbalik ingin masuk ke ruangan ketika mendengar Sena bicara dengan nada sedih.
"Ma...Sena, kak Andra sama kak Reo ulang tahun besok. Sena pengen banget makan kue buatan mama. Papa bilang kue buatan mama paling enak di dunia. Mama bangun ya!"
Seketika itu juga air mata Varo jatuh. Pria dewasa itu menggigit bibirnya kuat-kuat dan menahan diri agar tak berlari memeluk anaknya.
"Reo tadi dibilang nggak punya mama lagi. Padahal Reo mama ada disini sama kak Rion."
Andra yang duduk di samping tempat tidur Arion mendekati kedua adiknya dan mengelus kepala mereka. "Udah jangan nangis lagi. Papa nggak boleh lihat kita nangis. Ingat apa kata nenek, papa jadi sedih kalau kita nangis."
Sena dan Reo menghapus air mata mereka. Sena lalu bercerita mengenai kejadian di sekolah sementara Reo dan Andra duduk di samping Arion.
Varo masih berdiri di balik pintu. Meneteskan air mata dalam diam.
🌺🌺
"Anak papa mau hadiah apa?" Varo bertanya ketika mereka pergi ke mall. Seperti di tahun-tahun sebelumnya, setiap ulang tahun si kembar, Varo mengadakan pesta kecil-kecilan. Mengundang keluarga Lily, Jinhyuk dan keluarganya serta Reva dan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Cupid (End)
RomancePesan sebelum membaca atau mengkritik karya orang lain : tolong ya, berikan krisan yang bermanfaat, terutama kalau yang baca adalah sesama penulis. Judul maupun isi cerita, adalah 100% dari pemikiran sendiri, nggak copas, nggak nyontek. Author sela...