Kedatangan Arumi ke rumah Aida yang secara tiba-tiba membuat keluarga Arumi serta Aida terkejut. Karena setahu mereka Arumi sedang sakit dan beristirahat dirumah dengan selang oksigen dan selang infus yang masih dikenakannya. Bahkan perban masih menempel di atas tangan Arumi karena bekas infusan saat Arumi datang kerumah Aida.
Bunda Naeni pun langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Arumi, bahkan Bunda Naeni terlihat sangat khawatir dengan keadaan Arumi.
"Sayang... Kamu kok kesini?" Tanya Bunda Naeni sembari menggenggam tangan Arumi.
"Maaf Bun, tapi Bunda gak usah khawatir. Suster udah izinin aku untuk dateng kesini kok, asalkan aku jangan sampe kecapean aja" Jawab Arumi diakhiri dengan senyuman.
"Yaudah ayo masuk" Bunda Naeni membawa Arumi untuk duduk di dekat Ammar diikuti dengan Fatin dan Seyla.
"Semangat kak!" Ucap Arumi pelan sembari mengepalkan tangannya tanya semangat pada Ammar saat ia sudah duduk di sebelah Bunda Naeni. Ammar pun hanya tersenyum melihat adiknya itu yang memberi semangat.
Setelah itu Ammar kembali menatap Ayah Aida lagi dan Arumi kini melirik ke Arah Aida, begitupun dengan Aida yang sedang melihat kearah Arumi. Kini mata mereka saling bertemu dan Arumi memancarkan senyum manis pada Aida, Aida pun membalas Arumi dengan senyuman karena melihat Arumi ternyata sudah baik-baik saja, meski wajah Arumi masih terlihat pucat.
"Baik mari kita mulai, silahkan Pak!" Ucap pak penghulu paruh baya pada Ayah Aida.
"Baik!" Jawab Ayah Aida. "Bismilahirahmannirahim, saudara Ammar Rifqi Abizar bin Farhan Abizar saya nikahkan engkau dengan putri saya yang bernama Aida Humairah binti Yahya Gunawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an berlapis emas 24 karat dibayar tunai!" Ucap Ayah Aida dengan begitu tegas, lancar dan lantang sembari sedikit menghentakan tangannya. Meski sebelumnya Aida tidak meminta mahar yang berlebihan pada Ammar, tetapi Ammar tetap memberikan mahar yang mewah dan penting bagi kehidupan dunia dan akhirat. Aida pun tak bisa berbuat apa-apa karena itu adalah keinginan Ammar.
"Saya terima nikahnya Aida Humairah binti Yahya Gunawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Jawab Ammar dengan lantang dan lancar.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya pak penghulu paruh baya itu sembari menoleh ke arah kanan dan kiri.
"Sah..!!!" Jawab semua para saksi yang menyaksikan berlangsungnya ijab kabul Ammar dan Aida.
"Alhamdulillah..." Semua orang mengucapkan syukur atas kelancaran yang diberikan hari ini.
Akhirnya sebuah janji suci telah diucapkan dan suasana pun berubah menjadi haru. Semua orang termasuk sang kedua mempelai terisak menangis bahagia dengan keluarganya masing-masing.
🌺🌺🌺
Kini saatnya lah untuk melaksanakan resepsi. Ammar dan Aida pun duduk di kursi pelaminan di dampingi oleh kedua orang tua Ammar dan Aida. Tamu undangan pun sudah mulai berdatangan. Karena Bunda Naeni melarang Arumi untuk berada jauh darinya, maka Arumi dan teman-temannya duduk di barisan paling depan tepat berhadapan dengan kedua mempelai.
"Aduh Patin teh kok laper banget ya?" Gumam Fatin yang meringis sembari memegang perutnya.
"Ya ampun, yaudah kamu makan aja dulu Tin" Ucap Arumi sembari menatap Fatin yang duduk disebelahnya.
"Kalo gitu temenin Patin ya Rum! Patin teh malu kalo sendiri"
"Aku gak laper Tin, kamu sama Seyla aja sekalian. Kalian berdua kan belum makan!" Ucap Arumi sembari melirik Seyla yang duduk disebelah Fatin.
"Yaudah ayo aku temenin" Ucap Seyla yang kini menatap Fatin.
"Yaudah kalo gitu Rum, kita makan dulu ya?" Lanjut Fatin pada Arumi dan Arumi hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Lalu Fatin dan Seyla pun pergi, Arumi sangat ingin menghampiri Ammar dan Aida, namun terlihat masih banyak orang yang mengucapkan selamat pada mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Dalam Diam √
General FictionMengagumimu dalam diam adalah cara sederhanaku. Aku tidak terobsesi untuk memiliki mu dan aku juga tidak terobsesi untuk menjadi pasanganmu. Aku sudah merasa cukup dengan mengagumimu saja meski tanpa bisa memilikimu seutuhnya. Meski sebenarnya ak...