"Loh itu bukannya rumahnya Ammar?" Gumam Rafka bingung sembari melihat rumah Arumi.
"Kakak kenal sama Kak Ammar?" Tanya Arumi sembari memandang Rafka.
"Iya, Ammar itu temen saya waktu SMA. Saya juga sering ke kantor dia, tapi saya udah lama gak maen kerumahnya" Jelas Rafka.
"Jadi hari minggu kemaren itu kakak ke kantor kak Ammar untuk nemuin kak Ammar?" Tanya Arumi spontan sembari membulatkan matanya karena terkejut.
"Loh kok kamu tau? Apa waktu itu kamu ada disana?" Tanya Rafka bingung.
"Huh! E-Enggak kok kak! Sa-Saya cuma..." Ucap Arumi gagap karena ia keceplosan berbicara.
"Apa jangan-jangan yang waktu itu nabrak saya itu..." Belum selesai melanjutkan kalimatnya, Arumi langsung melanjutkannya agar Rafka tidak tahu bahwa waktu itu yang menabrak Rafka adalah Arumi.
"Oh yaudah kak saya mau masuk dulu, kakak mau masuk dulu apa langsung pulang?" Ucap Arumi salah tingkah.
"Saya langsung pulang aja, soalnya masih banyak urusan. Tapi itu beneran rumah kamu?" Ucap Rafka yang memastikan kembali.
"Iya itu beneran rumah saya kak. Kalo bukan rumah saya, ngapain saya minta kakak berenti disini?" Ucap Arumi.
"Kalo itu beneran rumah kamu, berarti Ammar...?" Rafka mencoba menerka-nerka.
"Berarti Ammar itu kakak saya!" Ucap Arumi tegas.
"Oh jadi kamu adiknya Ammar? Tapi Ammar gak pernah cerita ke saya soal kamu?" Tanya Rafka yang sedikit terkejut.
"Kak Ammar itu orangnya galak! Apalagi sama saya. Sukanya ngebully saya terus" Ucap Arumi polos.
"Masa sih? Tapi yang saya tau Ammar orangnya baik sama semua orang"
"Iya baik sama semua orang kecuali saya. Sehari aja saya gak di jailin kakak saya, saya bersyukur banget sam Allah! Bahkan kakak saya selalu manggil Anak Curut! Gimana saya gak kesel!" Jelas Arumi yang membuat Rafka tertawa.
"E--Apa? Anak Curut! Haha. Tapi masa iya Ammar kaya gitu?" Rafka malah tertawa mendengar cerita Arumi yang polos.
"Lagi-lagi ketawa! Kakak udah kaya kak Ammar aja! Yaudah kalo gitu saya mau masuk dulu." Ucap Arumi kesal. Saat Arumi hendak membuka pintu mobil, Rafka memegang tangan Arumi.
"Tunggu!" Ucap Rafka sembari memegang tangan kanan Arumi.
"Kenapa? Kakak mau ngebully saya lagi?" Ucap Arumi kesal.
"Enggak kok! Arumi, saya boleh minta nomer telfon kamu? Biar nanti kalo ada apa-apa sama kamu, kamu bisa kabarin saya"
"Saya gak hafal kak, terus handphone saya juga mati. Kakak minta nomer telfon saya ke kak Ammar aja!"
"Oh iya juga! Yaudah nanti saya minta ke Ammar aja. Yaudah kamu hati-hati ya? Awas takut orang gilanya sampe sini!" Ucap Rafka diakhiri dengan senyuman jail.
"Kak Rafka bener-bener ya! Adanya saya yang bilang hati-hati Kak Rafka yang ganteng... Semoga selamat sampai tujuan dan terimakasih untuk hari ini. Bye! Assalamualaikum!" Ucap Arumi kesal, lalu ia keluar dari mobil Rafka. Saat Arumi hendak membuka gerbang Arumi menatap mobil Rafka lalu tersenyum kesal sembari melambaikan tangan. Setelah itu Arumi pun langsung masuk kedalam.
Rafka yang mendengar perkataan Arumi tadi menyebutnya ganteng, entah mengapa Rafka merasa senang saat Arumi melambaikan tangan sembari tersenyum kesal, Rafka pun merasa senang sampai ia tersenyum saat melihat tingkah Arumi.
"Arumi. Anak itu selalu bikin gue seneng karna kepolosannya. Kayanya gue harus kenal lebih deket lagi sama dia!" Gumam Rafka diakhiri dengan senyuman. Lalu setelah itu Rafka pun pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Dalam Diam √
General FictionMengagumimu dalam diam adalah cara sederhanaku. Aku tidak terobsesi untuk memiliki mu dan aku juga tidak terobsesi untuk menjadi pasanganmu. Aku sudah merasa cukup dengan mengagumimu saja meski tanpa bisa memilikimu seutuhnya. Meski sebenarnya ak...