Pulang Membawa Luka

1.1K 80 0
                                    


Ammar yang mendengar ada seseorang yang memanggil, ia dan Rafka pun spontan menoleh ke arah Arumi. Arumi pun tersenyum tipis saat Ammar dan Rafka menoleh. Ammar juga Rafka sangat terkejut dengan kedatangan Arumi yang secara tiba-tiba, lalu Ammar dan Rafka langsung berjalan cepat menghampiri Arumi.

"Arum?! Ini beneran lo?" Tanya Ammar dengan wajah tidak percaya sembari memegang bahu Arumi. Sedangkan Rafka hanya tersenyum melihat Arumi yang kini sudah ada dihadapannya.

Arumi tidak menjawab pertanyaan Ammar, Arumi hanya tersenyum tipis lalu langsung memeluk Ammar. Ammar pun terkejut karena Arumi langsung memeluknya, tetapi Ammar tetap membalas pelukan Arumi.

"Rum, lo baik-baik aja?" Tanya Ammar lagi, namun pandangan Arumi semakin kabur, tangannya pun tak kuat lagi memeluk Ammar karena lemas, Arumi melepaskan pelukan Ammar dan akhirnya Arumi pun pingsan dipelukan Ammar. "Eh Rum lo kenapa?" Tanya Ammar saat Arumi tiba-tiba lemas.

"Mar Arum pingsan!" Ucap Rafka yang melihat Arumi memejamkan mata tidak sadarkan diri.

"Rum!" Ammar menahan Arumi agar tidak sampai jatuh ke lantai, lalu Ammar membawa tubuh Arumi dan langsung pergi ke kamar Arumi.

Rafka pun mengikuti Ammar dari belakang sembari membawa koper Arumi. Ammar sengaja tidak memanggil Bunda Naeni karena sedang banyak orang. Orang-orang yang melihatnya pun hanya heran sampai ada yang melihat dari bawah tangga saat Ammar naik ke atas. Setelah Arumi dibaringkan di tempat tidurnya, Ammar sempat duduk di samping Arumi untuk menyadarkannya.

"Rum, bangun Rum. Lo kenapa?" Ucap Ammar yang begitu panik sembari menepuk-nepuk pelan pipi Arumi agar Arumi sadar.

"Mar mending lo kasih tau nyokap lo, sambil panggil dokter. Arumi biar gue yang jagain disini" Ucap Rafka yang juga terlihat panik.

"Yaudah kalo gitu gue titip Arum bentar, nanti gue balik lagi" Ammar langsung berlari ke bawah untuk memanggil Bunda Naeni juga menghubungi dokter. Rafka pun hanya menganggukkan kepala, lalu setelah Ammar pergi Rafka duduk disebelah Arumi mencoba untuk menyadarkan Arumi.

"Arumi bangun, Rum!" Rafka mencoba menggoyahkan bahu Arumi dan menepuk pipi Arumi pelan, namun Arumi tetap tak sadarkan diri. Rafka memegang kening Arumi dan keningnya sangat panas, wajah Arumi pun sudah sangat pucat.

"Arum?!" Ucap Bunda Naeni terkejut saat sudah berada di pintu kamar Arumi. Rafka pun beranjak dari duduknya saat mendengar suara Bunda Naeni, lalu Bunda Naeni pun berlari dan langsung duduk di sebelah Arumi.

"Sayang bangun! Kamu kenapa? Kenapa kamu bisa sampe kaya gini?" Ucap Bunda Naeni yang terlihat panik sampai matanya berkaca-kaca sembari memegang tangan Arumi lalu mengelus pipi Arumi.

Tak berapa lama seorang dokter wanita dan suster pun masuk diikuti dengan Ammar.

"Sebentar saya periksa dulu, tolong kalian keluar dulu" Ucap dokter itu, lalu Bunda Naeni pun beranjak dari duduknya.

"Ayo Bun kita keluar dulu" Ucap Ammar sembari merangkul Bunda Naeni.

"Enggak Mar, Bunda mau disini temenin Arumi" Bunda Naeni tetap kekeh ingin menemani Arumi.

"Tolong Bu, ini sangat penting. Jadi saya mohon kalian tolong tunggu diluar" Ucap dokter itu suapaya Bunda Naeni bisa memahaminya.

"Tapi..." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Ammar melanjutkan.

"Bunda... Ayo kita keluar dulu, biar Arumi diperiksa dulu" Lanjut Ammar, lalu Bunda Naeni pun akhirnya mau keluar. Mereka bertiga pun menunggu di luar kamar Arumi dengan harap-harap cemas.

Beberapa menit kemudian seorang suster pun membuka pintunya dan mempersilahkan Bunda Naeni, Ammar juga Rafka untuk masuk.

"Bu silahlan masuk, dokter ingin bicara" Ucap suster itu saat membuka pintu, lalu mereka pun langsung masuk.

Mengagumi Dalam Diam √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang