Jam 09.00 pagi hari ini Arumi sudah berada di Cafe Raza menunggu kedatangan Seyla. Meski Arumi tidak mendapat balasan pesan dari Seyla, tetapi Arumi sangat yakin kalau Seyla akan datang meski Seyla masih marah padanya. Bahkan Arumi sudah menunggu samapi lewat jam 09.00 pagi. Arumi yang memesan minuman pun sudah hampir habis tapi Seyla tak kunjung datang juga.
"Kenapa Seyla belum dateng juga? Apa Seyla lagi sibuk jadi gak bisa dateng? Atau jangan-jangan Seyla emang gak mau ketemu sama aku?" Gumam Arumi sembari sesekali melirik jam tangan yang dikenakannya. "Aku tunggu sebentar lagi deh, siapa tau Seyla terlambat dateng" Lanjut Arumi diakhiri dengan senyuman tipis.
Tiga jam berlalu dan Seyla tak kunjung datang. Arumi pun menghela nafas berat, lalu Arumi menoleh kearah kanan dan kiri untuk memastikan apakah ada tanda-tanda kedatangan Seyla atau tidak dan ternyata Seyla benar-benar tidak datang. Dengan berat hati Arumi beranjak dari duduknya dan pulang kerumahnya.
🌺🌺🌺
Hari demi hari berlalu dan kini tiba saatnya pada hari yang ditunggu yaitu hari pernikahan Arumi. Seperti pernikahan Ammar sebelumnya, Arumi mengadakan pesta dirumahnya. Semua tenda bernuansakan putih sudah berdiri kokoh dan megah di halaman rumah Arumi dan kini Arumi sedang berias di kamarnya. Arumi memilih acara pernikahan yang sama seperti Ammar sebelumnya. Namun Arumi ingin pernikahannya hanya akan dilaksanakan satu hari saja dan itu hanya rumahnya.
Hari semakin siang dan semua orang pun semakin sibuk. Tak berapa lama, beberapa mobil mewah mulai datang. Terutama mobil sang mempelai pria yaitu Rafka. Rafka datang bersama keluarga, saudara dan rekan kerja serta teman-temannya. Semua orang pun menyambut kedatangan Rafka termasuk Ayah Farhan, Bunda Naeni, Ammar dan Aida serta putri kecilnya. Rafka terlihat sangat tampan, seperti Ammar ia memakai jas berwarna putih. Rafka dan yang lainnya pun langsung masuk kedalam dan semua orang pun langsung duduk di ruang tamu, karena Ayah Farhan memilih ruang tamu untuk acara ijab kabul. Tak menunggu lama, setelah semua orang sudah berkumpul kecuali sang mempelai wanita, acara pun dimulai. Pertama adalah sambutan dari masing-masing keluarga dan kini saatnya acara inti.
"Baik jika semuanya sudah siap, mari kita mulai. Saudara Rafka, apakah anda sudah siap?" Tanya Pak penghulu sembari menatap Rafka.
"Insya Allah siap" Jawab Rafka dengan santai namun terdengar tegas.
"Baik, mari kita mulai. Silahkan pak" Ucap Pak penghulu itu pada Ayah Farhan. Karena Ayah Farhan lah yang akan mengucapkan ijab kabul dengan Rafka.
"Baik" Jawab Ayah Farhan sembari mengulurkan tangannya kepada Rafka dan Rafka pun mengulurkan tangannya, sekarang mereka berjabat tangan. "Bismillahirahmannirahim. Saudara Rafka Gimnastiar bin Gimnastiar, saya nikahkan engkau dengan putri saya yang bernama Arumi Khanza Shofia binti Farhan Abizar dengan maskawin seperangkat alat sholat dan surat Ar-Rahman dibayar tunai!" Ucap Ayah Farhan dengan lantang dan diakhiri dengan menghentakkan tangannya.
"Saya terima nikahnya Arumi Khanza Shofia binti Farhan Abizar dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Jawab Rafka dengan lantang pula dan diakhiri dengan menghentakkan tangannya seperti Ayah Farhan sebelumnya.
Sebelumnya Arumi memang meminta Rafka untuk memberinya mahar yang sederhana. Karena bagi Arumi seberat-beratnya mahar adalah yang paling ringan.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Ucap sang penghulu untuk memastikan.
"Sah...!" Jawab semua orang yang menyaksikan.
"Alhamdulillah..." Ucap semua orang bahagia termasuk Rafka.
"Alhamdullillah..." Gumam Aida yang sedang berada di dalam kamar Arumi bersama Arumi. Sedangkan Aisyah bersama Bunda Naeni.
Arumi yang sedari tadi ikut merasakan tegang sampai tangannya sangat dingin akhirnya sekarang ia bisa bernafas lega setelah mendengar semua orang mengucapkan kata sah. Namun Arumi hanya mengucapkan dalam hati. Arumi terlihat sangat anggun dan sangat cantik seperti bidadari, bahkan melebihi Aida saat dulu pernikahannya. Kini Arumi memakai gaun berwarna putih seperti princess, bahkan gaunnya menjuntai panjang ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Dalam Diam √
General FictionMengagumimu dalam diam adalah cara sederhanaku. Aku tidak terobsesi untuk memiliki mu dan aku juga tidak terobsesi untuk menjadi pasanganmu. Aku sudah merasa cukup dengan mengagumimu saja meski tanpa bisa memilikimu seutuhnya. Meski sebenarnya ak...