Sebuah Hadiah

1.1K 77 0
                                    


Setelah selesai adzan maghrib Pandu langsung mengantar Arumi pulang, begitupun dengan Fajrin yang ikut mengantar Fatin pulang. Mereka pulang bersama dan berpisah di persimpangan jalan, lalu Pandu dan Fajrin akan bertemu kembali di persimpangan setelah mengantar Arumi dan Fatin dan mereka kembali melanjutkan pawai. Pandu mengantar Arumi sampai kedepan pintu gerbang rumah Arumi.

"Makasih ya udah nganterin gue?" Ucap Arumi setelah sampai dan saat sudah turun dari motor Pandu.

"Iya sama-sama, yaudah kalo gitu gue mau balik lagi" Jawab Pandu yang masih tetap berada di atas motornya.

"Lo pawai jangan sampe pulang pagi Ndu, terus nanti kalo udah sampe rumah kabarin gue. Jangan sampe macem-macem, apalagi bikin keributan" Jelas Arumi sebelum Pandu pergi.

"Siap Ibu Negara! Nanti kalo udah dirumah gue langsung kabarin lo. Gue pergi dulu"

"Hati-hati!" Ucap Arumi yang merasa sedikit khawatir, lalu Pandu pun pergi untuk melanjutkan pawai.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum... Bunda...!" Panggil Arumi sembari mengetuk pintu rumahnya.

"Wa'alaikumsalam, wah wah wah anak curut baru pulang. Gila tuh baju penuh warna sama tanda tangan!" Ucap Ammar setelah membuka pintu sembari melihat baju Arumi dan mulai menjailinya.

"Huh! Kenapa sih yang harus bukain pintu curut tengil?! Bikin mood gue ancur aja!" Arumi menjawab dengan malas dan melihat ke arah lain tidak memandang Ammar.

"Lo pulang di anter siapa?" Tanya Ammar mengintrogasi sembari melirik ke arah pintu gerbang.

"Gue pulang dianter sama pangeran pake kereta kuda, puas...?!" Jawab Arumi dengan sorotan mata tajam menatap Ammar.

"Lo dianter pulang sama cowok ya? Gue bilangin Ayah loh!" Ammar membuat Arumi terkejut sampai membulatkan matanya, lalu menyipitkan lagi dan menatap Ammar dengan tatapan tidak suka.

"Dasar ngaduan! Silahkan aja kalo lo mau ngomong ke Ayah, gue gak takut! Minggir, gue mau masuk. Ngehalangin jalan aja lo kaya polisi tidur!" Arumi pun menerobos masuk sampai ia berhimpitan dengan Ammar, lalu Ammar pun ikut masuk.

Arumi tidak melihat Ayah Farhan dan Bunda Naeni, mungkin mereka sedang berada di kamar. Arumi langsung saja pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri lalu segera sholat karena sudah sedikit terlambat.

Setelah selesai Arumi pun langsung turun ke bawah untuk makan malam. Ternyata Ayah Farhan, Bunda Naeni dan Ammar sudah menunggu di meja makan.

"Loh Ayah sama Bunda nungguin Arum?" Tanya Arum sembari menarik kursi lalu duduk di sebelah Ammar, sedangkan Bunda Naeni di sebelah Ayah Farhan dan mereka saling berhadapan.

"Iya dong sayang, kita kan selalu makan bareng-bareng" Jawab Bunda Naeni diakhiri dengan senyuman.

"Yaudah sekarang kita makan, Arum nanti Ayah mau ngomong sama kamu abis selesai makan" Ucap Ayah Farhan.

"Iya Yah" Jawab Arumi singkat tanpa curiga sedikitpun pada Ayah Farhan.

"Haha siap-siap aja lo!" Bisik Ammar di telinga Arumi dan Arumi pun langsung menoleh pada Ammar. Ammar malah tersenyum dan menaikan alisnya lalu menurunkannya lagi dengan cepat yang membuat Arumi kesal. Arumi menyipitkan matanya dan melihat Ammar dengan sorotan mata menantang, lalu Arumi menaruh jemari telunjuknya di kening Ammar dan mendorongnya sampai Ammar menjauh. Setelah itu Arumi menjulurkan lidahnya dan memalingkan pandangannya dari Ammar.

🌺🌺🌺

"Ayah mau ngomong apa sama Arum?" Tanya Arumi yang sudah berada di ruang keluarga bersama Ayah Farhan, Bunda Naeni dan Ammar sembari menonton televisi.

Mengagumi Dalam Diam √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang