Hancurnya Sebuah Hubungan

1K 69 0
                                    

Mentari sudah bersinar menerangi bumi. Sinarnya yang begitu terang memberikan kehidupan yang baru. Sekali lagi hari ini Arumi harus menguatkan dirinya agar tidak lemah saat berhadapan dengan Pandu nanti. Kini Arumi berdiri menatap cermin lemarinya sembari melihat dirinya sendiri.

"Arumi... Hari ini kamu mau ketemu sama Pandu. Kuatin hati kamu Rum, jangan sampai air mata kamu terus tumpah hanya karna hal yang harusnya tidak perlu disesali. Percayalah Arumi... Kalau ini adalah yang terbaik untuk kamu" Gumam Arumi dalam hati sembari melihat pantulan dirinya di cermin.

Setelah itu, Arumi menghela nafas dalam-dalam lalu ia beranjak pergi. Tak lupa Arumi membawa paper bag yang berisi barang pemberian Pandu. Karena hari ini Arumi berniat hanya akan menemui Pandu, jadi Arumi hanya membawa satu paper bag untuk diberikan pada Pandu.

Arumi pergi dengan taksi, meski motornya ada dirumah. Arumi hanya berjaga-jaga saja karena jika nanti setelah bertemu Pandu Arumi tak bisa mengendalikan dirinya, Arumi tak perlu khawatir karena ia tidak harus mengendarai motor dalam keadaan tidak baik. Saat Arumi pergi untuk menemui Pandu, Arumi hanya meminta izin pada Bunda Naeni untuk menemui temannya sebentar dan Bunda Naeni pun memberikan izin tanpa banyak bertanya.

Saat Arumi dalam perjalanan menuju taman dekat sekolahnya sewaktu SMA dulu, Arumi melewati gedung kosong yang berada tak jauh dari jalan yang pernah Arumi datangi saat melihat Pandu dan Gavin yang sempat berkelahi. Karena Arumi terus melihat ke kaca jendela mobil, Arumi sempat melihat ada mobil yang terparkir di depan gedung kosong itu dan sepertinya Arumi mengenali mobil tersebut.

"Pak berenti pak!" Ucap Arumi sembari menepuk bahu supir taksi itu pelan dan supir itu pun menghentikan laju mobilnya. Taksi yang ditumpangi Arumi pun berhenti tepat dihadapan gedung kosong itu.

"Kenapa mba?" Tanya pak supir itu.

"Sebentar pak!" Ucap Arumi, lalu Arumi kembali menatap gedung kosong itu kembali. "Mobil itu kayanya aku kenal. Oh itu bukannya mobilnya kak Rafka? Tapi gedung itu kan kosong, ngapain kak Rafka disana? Terus mobil sport itu punya siapa?" Gumam Arumi sembari memfokuskan matanya melihat mobil yang menurutnya milik Rafka.

"Mba, mau berenti disini atau mau lanjut jalan lagi?" Tanya supir taksi itu.

"Oh iya pak saya berenti disini aja, makasih pak" Ucap Arumi, lalu Arumi keluar dari taksi dan setelah Arumi keluar, taksi itu pun pergi. "Itu bener mobilnya kak Rafka bukan ya? Aduh aku jadi khawatir kaya gini" Gumam Arumi sembari menatap gedung kosong itu. Perasaan Arumi pun tiba-tiba tidak enak dan dengan memberanikan dirinya, Arumi berjalan menuju gedung kosong itu.

Saat Arumi sudah berada di depan pintu gedung kosong itu, betapa terkejutnya Arumi yang melihat Rafka yang sedang di pegang oleh dua orang laki-laki dengan keadaan wajah yang sudah lebam. Yang membuat Arumi lebih terkejut lagi adalah saat Arumi melihat Pandu yang sedang memegang kerah baju Rafka dan hendak meninjunya, namun Arumi berhasil memberhentikannya.

"Stop!" Ucap Arumi dengan tegas dan lantang.

Semua orang yang berada di dalam gedung kosong itu pun langsung menoleh ke arah Arumi saat mendengar suara Arumi termasuk Pandu dan Rafka. Tanpa fikir panjang, Arumi langsung berlari menghampiri Pandu dan Rafka.

"Arum?!" Gumam Pandu yang terkejut saat melihat Arumi yang tiba-tiba datang. Pandu langsung melepaskan tangannya yang mencengkram kerah baju Rafka. Wajah Pandu pun terlihat sama lebamnya seperti Rafka, namun Lebam di wajah Rafka lebih parah ketimbang Pandu.

"Lepas!" Ucap Arumi tegas pada dua orang yang memegang Rafka sembari mecoba melepaskannya. Lalu kedua orang tiu pun melepaskannya dan Rafka pun sudah tidak kuat untuk berdiri tegak lagi karena perutnya merasa sakit. Mungkin karena sebelumnya Pandu dan Rafka berkelahi hebat.

Mengagumi Dalam Diam √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang