Setelah Arumi mengatakan kalau perasaannya tidak enak, sebelumnya Arumi tak menghiraukannya. Arumi berfikir mungkin itu hanya perasaannya saja. Namun makin kesini perasaan Arumi semakin tidak enak, ia merasakan seperti akan terjadi sesuatu padanya dan akhirnya Arumi pun berhenti memakan steaknya.
"Tin, Sey, aku mau ketoilet dulu ya sebentar" Ucap Arumi pada Fatin dan Seyla yang sedang hikmat memakan steak.
"Iya Rum" Jawab Seyla sedangkan Fatin hanya menganggukkan kepalanya. Lalu Arumi meminum terlebih lemon tea yang ia pesan dan Arumi langsung pergi ke toilet, tak lupa ia juga membawa tas hitam selempang kecilnya.
Sekitar 5 menit Arumi berada di dalam kamar mandi. Setelah selesai Arumi pun keluar dari dalam kamar mandi, saat Arumi hendak menghampiri Fatin dan Seyla, betapa terkejutnya Arumi yang melihat sudah ada Pandu duduk bersama Fatin dan Seyla. Dengan cepat Arumi bergeser dan bersembunyi di balik dinding sembari mengatur nafarnya.
"Ya Tuhan! Kenapa ada Pandu disana? Apa yang harus aku lakuin?" Gumam Arumi sembari bersandar di dinding dan memejamkan matanya untuk berfikir. "Aku gak mungkin samperin Fatin sama Seyla, aku gak bisa ketemu Pandu setelah apa yang Pandu lakuin sama aku. Aku harus pergi dari sini, tapi aku harus bayar dulu sebelum pergi" Gumam Arumi yang kini menguatkan dirinya lalu sebelum Arumi pergi, Arumi menghela nafas dalam-dalam. Arumi berjalan perlahan sembari menghalangi wajah sebelah kiri dengan telapak tangannya agar Fatin, Seyla dan Pandu tidak melihat Arumi. Karena jarak Arumi dan meja tempatnya duduk tadi agak sedikit jauh, jadi Arumi masih sedikit tenang.
Setelah Arumi membayar semua makanan dan minuman yang ia pesan tadi di meja kasir, Arumi langsung berjalan ke arah pintu keluar. Karena Arumi berjalan sembari sesekali melirik pada teman-temannya untuk memastikan tidak ada yang melihatnya, tiba-tiba saja Arumi menabrak tiang Cafe di depannya yang berada tidak jauh dari pintu keluar sampai kepalanya terjedut dan memerah.
"Auu!" Gumam Arumi yang kepalanya terasa sakit setelah terjedut dengan nada suara sedikit keras sembari memegang keningnya. Beberapa orang pun sampai menoleh pada Arumi, termasuk kedua temannya dan Pandu.
"Rumi?!" Ucap Fatin dengan nada keras dan Arumi pun sampai menoleh ke arah Fatin.
"Aduh kenapa harus ketauan?" Gumam Arumi saat melihat ke arah kedua temannya dan Pandu. Tanpa berfikir panjang, Arumi langsung berlari keluar Cafe.
Kedua teman Arumi termasuk Pandu sangat terkejut sekaligus heran mengapa Arumi malah berlari keluar bukannya menghampiri mereka.
"Rumi kamu mau kemana?" Teriak Fatin yang langsung beranjak dari dududknya.
"Arum kenapa? Kenapa dia malah pergi?" Tanya Pandu yang ikut beranjak dari duduknya.
"Kayanya ada yang beres, tadi Arumi baik-baik aja" Seyla pun beranjak dari duduknya.
Sebelum Arumi pergi dari Cafe, Pandu pun berlari untuk menghampirinya.
"Rum tunggu!" Teriak Pandu sembari mengejar Arumi.
Arumi yang mendengarnya sempat menoleh kearah belakang, namun Arumi langsung berlari lagi. Saat sudah berada di luar pintu, Arumi meminta satpan paruh baya yang berjaga di depan pintu Cafe untuk menahan Pandu agar tidak mengajarnya.
"Pak tolong nanti halangin cowok yang ngejar saya, saya gak mau ketemu dia. Makasih pak, permisi" Ucap Arumi dengan cepat dan tanpa mendengar jawaban dari satpam itu Arumi langsung berlari keparkiran untuk mengambil motornya.
"Rum tunggu!" Teriak Pandu saat sudah di pintu Cafe, saat Pandu hendak keluar dari Cafe satpam laki-laki paruh baya menahannya.
"Maaf mas, mas gak boleh kejar perempuan tadi. Karna dia gak mau ketemu sama mas" Jelas satpam itu sembari menghalangi Pandu dengan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Dalam Diam √
General FictionMengagumimu dalam diam adalah cara sederhanaku. Aku tidak terobsesi untuk memiliki mu dan aku juga tidak terobsesi untuk menjadi pasanganmu. Aku sudah merasa cukup dengan mengagumimu saja meski tanpa bisa memilikimu seutuhnya. Meski sebenarnya ak...