Setelah Arumi berbaikan dengan Pandu, mereka kembali mengobrol seperti biasa lagi.
"Jadi kita udah baikan?" Tanya Pandu diakhiri dengan senyuman dan Arumi menganggukkan kepalanya pelan diakhiri dengan senyuman.
"Muka lo lebam Ndu! Pasti perih ya?" Tanya Arumi menatap pelipis Pandu sembari memegang pelipis Pandu yang terluka.
"Enggak! Lagian cuma luka kecil doang kok" Pandu mengelak, sebenarnya Pandu merasa perih karena pelipisnya robek sedikit meski tak terlalu dalam lukanya.
"Yaudah gue beliin obat merah di warung ya? Biar lukanya gak tambah perih!" Ucap Arumi yang menyerngitkan dahinya dan menyipitkan matanya karena Arumi seperti merasakan perih juga.
"Gak perlu Rum. Gue ngeliat lo senyum aja pasti luka gue sembuh!" Ucap Pandu diakhiri dengan senyuman jail dan membuat Arumi salah tingkah sampai memukul pelan tangan Pandu diakhiri dengan senyuman pula. "Ini udah sore, ayo gue anter pulang!" lanjut Pandu.
"Tapi lo beneran gak papa?" Tanya Arumi memastikan kembali karena ia khawatir dengan luka Pandu tidak segera diobati malah infeksi.
"Iya Arumi Khanza Shofia yang cantik, bawel juga galak. Gue gak papa kok!" Ucap Pandu terkekeh.
"Pandu... Gue gak lagi bercanda, gue serius!" Jawab Arumi kesal.
"Iya-iya, yaudah sekarang gue anter lo pulang. Nanti kalo lo masih khawatir sama gue, lo telfon gue aja!"
"Yaudah kalo gitu!" Ucap Arumi singkat.
Baru saja beberapa menit berkendara, Arumi meminta pandu berhenti di depan sebuah warung.
"Stop Ndu!" Ucap Arumi sembari menepuk bahu Pandu dan Pandu pun menghentikan motornya lalu Arumi pun langsung turun dari motor Pandu.
"Kenapa Rum?" Tanya Pandu dari balik helmnya, namun Arumi tidak menjawab dan langsung pergi ke warung.
Pandu pun membuka helmnya dan menunggu Arumi sampai kembali dari warung.
"Abis beli apa?" Tanya Pandu saat Arumi sudah kembali dari warung.
"Beli minum." Ucap Arumi sembari memperlihatkan dua botol air mineral dingin dalam plastik "Oh iya. Tadi gue mau beli obat merah tapi gak ada, jadi gue beli plester aja. Lo pegang dulu plastiknya" Lanjut Arumi, lalu ia meminta Pandu memegang plastik yang berisi dua botol air mineral. Sedangkan Arumi membuka plester dan memasangnya di pelipis Pandu yang terluka, setelah selesai memasang plester Arumi pun tersenyum.
"Padahal gue udah bilang gak usah, tapi lo keras kepala juga ya? Tapi makasih Rum?" Ucap Pandu.
"Iya sama-sama. Abis gimana? Kalo luka lo dibiarin kebuka, nanti kena debu terus malah infeksi. Jadi yaudah gue beli plester aja untuk nutup luka lo sementara dan jangan lupa nanti kalo udah sampe dirumah lo harus langsung obatin!" Jelas Arumi panjang lebar.
"Siap bos...!" Jawab Pandu diakhiri dengan senyuman sembari memberi hormat pada Arumi.
"Yaudah sini minumnya satu? Gue haus mau minum. Yang satu lagi untuk lo, pasti lo haus kan abis berantem?" Ucap Arumi sembari menengadahkan tangannya meminta satu botol air mineral yang pandu pegang dan Pandu hanya menjawab dengan senyuman lalu ia langsung memberikannya satu pada Arumi.
Pandu dan Arumi pun langsung meminumnya. Saat Arumi sudah meminumnya sedikit Arumi menutup kembali botolnya, sedangkan Pandu masih meminum airnya. Arumi menempelkan botol air mineralnya di bagian wajah Pandu yang lebam. Pandu pun melirik Arumi sembari tersenyum sedangkan Arumi sedang fokus melihat wajah Pandu yang lebam.
"Karena airnya masih dingin, gue tempelin aja ke muka lo yang lebam. Karena itu bisa ngurangin rasa sakitnya. Selesai..." Ucap Arumi saat sudah selesai mengompres bagian wajah Pandu yang lebam dengan botol air mineral dinginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Dalam Diam √
Fiction généraleMengagumimu dalam diam adalah cara sederhanaku. Aku tidak terobsesi untuk memiliki mu dan aku juga tidak terobsesi untuk menjadi pasanganmu. Aku sudah merasa cukup dengan mengagumimu saja meski tanpa bisa memilikimu seutuhnya. Meski sebenarnya ak...