Lamaran Ammar

1.1K 79 0
                                    

1 Tahun kemudian...

Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak terasa 1 tahun sudah terlewati. Kehidupan yang dijalani seperti air yang mengalir, terus menerus berjalan tanpa berhenti. Selama setahun belakangan ini, Arumi jarang sekali menghubungi keluarganya. Saat Arumi baru beberapa bulan berada di Kairo, ia pernah menghubungi beberapa temannya dengan mengirim pesan lewat e-mail, termasuk Pandu. Saat Arumi mengirim pesan lewat e-mail pada Pandu, Pandu sudah berada di Jerman dan Pandu juga berhasil masuk di salah satu Universitas yang berada di Jerman. Meski ada jarak yang begitu jauh antara Arumi dan Pandu, hubungan mereka tetap baik, bahkan mereka merasa sudah sangat dekat. Namun beberapa bulan terakhir Arumi dan Pandu tidak pernah saling bertukar pesan lagi dikarenakan mereka berdua sama-sama sibuk dengan kuliahnya.

Arumi sangat merindukan keluarganya dan ia sangat ingin pulang. Semua perayaan yang biasa dilakukan dengan meriah di Jakarta bersama keluarganya, kali ini ia hanya merayakan tanpa ada rasa bahagia yang sepenuhnya. Ada rasa sedih di dalam hati Arumi yang membuatnya tak bisa bahagia sepenuhnya. Arumi ingin mengirim e-mail pada Ammar, namun Ammar terlebih dulu menghubungi Arumi dengan vidio call lewat laptop.

Dreeet... Dreeet...

Ammar menghubungi Arumi di hari minggu sekitar jam 22.00 malam, sedangkan di Kairo menunjukkan pukul 17.00 sore. Arumi yang berada di dalam kamar pun langsung menerima telfon vidio call dari Ammar.

"Assalamualaikum...!" Ucap Ayah Farhan, Bunda Naeni dan Ammar secara berbarengan diakhiri dengan senyuman. Ammar duduk diantara Ayah Farhan dan Bunda Naeni.

"Wa'alaikumsalam..." Jawab Arumi dengan nada pelan diakhiri dengan senyuman dan tiba-tiba saja air mata Arumi menetes.

"Lo kok malah nangis?" Tanya Ayah Farhan pada Arumi.

"Sayang jangan nangis dong, Bunda jadi ikutan nangis nih" Lanjut Bunda Naeni yang ikut meneteskan air mata.

"Enggak kok, Arum gak nangis, Bunda jangan nangis" Jawab Arumi sembari menghapus air matanya diakhiri dengan senyuman.

"Udah-udah, Ayah punya kabar baik untuk kamu" Ucap Ayah Farhan diakhiri dengan senyuman.

"Kabar baik? Apa Yah?" Tanya Arumi yang penasaran. Lalu Ammar memperlihatkan jemari tangan kirinya yang sudah ada cincin yang melingkar di jari manisnya sembari mereka tersenyum.

"Maksudnya?" Tanya Arumi dengan tatapan tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Ammar.

"Ya ampun! Adek gue itu polos banget sih?" Ammar menepuk dahinya karena adiknya ternyata sangat polos, sampai apa yang dimaksudnya pun Arumi tidak mengerti.

"Maksud kak Ammar apa sih Yah? Arum gak ngerti" Lanjut Arumi yang masih belum mengerti.

"Kakak kamu udah tunangan sayang..." Jawab Ayah Farhan terkekeh diakhiri dengan senyuman.

"Apa?! Tunangan? Emang ada yang mau sama kak Ammar?" Celetuk Arumi yang membuat Ammar membulatkan matanya kesal, sedangkan Ayah Farhan dan Bunda Naeni hanya tersenyum dengan perkataan Arumi barusan.

"Eh anak curut! Lo bener-bener ya! Emang gue orang gila, sampe gak ada yang mau nikah sama gue?" Jawab Ammar dengan nada kesal.

"Ya mirip sedikit" Lanjut Arumi diakhiri dengan senyuman jail. "Emang kak Ammar tunangan sama siapa?" Tanya Arumi lagi dan tidak mau memperpanjang masalah dengan Ammar.

"Nama tunangannya Aida Humairah" Lanjut Bunda Naeni diakhiri dengan senyuman.

"Apa?! Really? Ini gak bisa dipercaya. Kak Ammar bener-bener tunangan sama mba Aida? Aku bener-bener gak percaya!" Ucap Arumi yang sangat tidak menyangka kalau kakaknya benar-benar bertunangan dengan Aida.

Mengagumi Dalam Diam √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang