Kini Arumi sedang berdiri dan bersandar di samping mobil Ayah Farhan. Arumi tertunduk, sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Fikirannya kini yangat kacau, entah apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Lalu Arumi teringat sesuatu, sebelum ia pergi dari rumah sakit, ia harus mengembalikan sesuatu pada Rafka. Lalu Arumi pun mengambil paper bag berisi music box pemberian Rafka. Sebelum kembali untuk menghampiri Rafka, Arumi menghela nafas dalam-dalam terlebih dahulu, lalu baru setelah itu Arumi berjalan kembali.
Saat di lorong rumah sakit, Arumi berpapasan dengan keluarganya yang hendak pergi untuk menghampiri Arumi yang tiba-tiba saja pergi.
"Arum? Kenapa balik lagi?" Tanya Ayah Farhan saat sudah berpapasan dengan Arumi.
"Arum ada urusan sebentar Yah, kalian kemobil aja duluan. Arum pergi dulu!" Arumi pun langsung pergi meninggalkan banyak pertanyaan dibenak keluarganya.
"Tuh anak curut kenapa sih? Gak jelas banget dari tadi!" Gumam Ammar yang kesal dengan sikap Arumi.
"Mas Ammar...!" Tegur Aida pada Ammar.
"Yaudah sekarang kita tunggu dimobil aja" Ucap Ayah Farhan, lalu mereka pun pergi kemobil. Sedangkan Arumi pergi untuk menghampiri Rafka.
Arumi langsung menghampiri Rafka dan kebetulan Mamah Vidya tidak ada disana.
"Kak Rafka...!" Panggil Arumi yang sudah berdiri di samping Rafka yang sedang duduk.
Rafka dan Pandu pun terkejut dengan Arumi yang tiba-tiba kembali. Rafka langsung beranjak dari duduknya, sedangkan Pandu hanya mendongakkan kepalannya dan menatap tajam kearah Arumi dan Rafka.
"Arum? Kamu balik lagi?" Tanya Rafka yang terkejut.
"Ini, aku mau balikin barang yang pernah kak Rafka kasih ke aku" Ucap Arumi sembari memberikan paper bag pada Rafka. Namun Rafka tidak langsung menerimanya, melainkan Rafka kembali bertanya.
"Kenapa harus dibalikin? Arum... Barang yang pernah saya kasih, gak akan pernah saya minta kembali. Jadi itu bukan milik saya lagi dan sekarang jadi milik kamu" Jelas Rafka.
"Maaf kak, bukannya aku gak menghargai pemberian orang. Tapi aku gak mau punya apapun itu dari seorang pengkhianat" Ucap Arumi sembari meraih tangan Rafka lalu memberikan paper bag itu pada Rafka. "Maaf kalo aku udah keterlaluan, aku permisi" Lanjut Arumi, lalu Arumi beranjak pergi.
"Arum...!" Panggil Rafka yang masih tidak menyangka dengan Arumi yang ternyata sangat marah dengannya.
"Rum...!" Panggil Pandu yang tiba-tiba beranjak dari duduk dan langsung mengejar Arumi. "Tunggu Rum!" Lanjut Pandu sembari mencengkal tangan kiri Arumi supaya Arumi berhenti dan Arumi pun berhenti.
"Lepas!" Gumam Arumi pelan tanpa menoleh ke arah Pandu sembari menepis tangan Pandu yang mencengkal tangannya.
"Rum, lo itu kenapa? Itu cuma salah faham. Kenapa lo sampe semarah ini sama gue?"Tanya Pandu yang kini berada berhadapan dengan Pandu.
"Aku gak mau bahas itu!" Jawab Arumi ketus lalu hendak beranjak pergi. Namun Pandu menghalangi Arumi dan kini Pandu memegang kedua bahu Arumi.
"Rum gue tau gue salah! Tapi itu bukan sepenuhnya salah gue! Lo cuma salah faham aja" Ucap Pandu dengan tegas sembari memegang kedua bahu Arumi dan kini Arumi pun menatap Pandu dan mereka saling bertatapan.
"Yaudah aku gak mau bahas soal itu Ndu! Toh semua ini udah terjadi, jadi lupain aja semuanya. Termasuk janji yang pernah kita buat!" Arumi menanggapi perkataan Pandu sama tegasnya. "Lepas!" Arumi mencoba melepaskan tangan Pandu yang memegang bahunya, namun Pandu tidak mau melepasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Dalam Diam √
General FictionMengagumimu dalam diam adalah cara sederhanaku. Aku tidak terobsesi untuk memiliki mu dan aku juga tidak terobsesi untuk menjadi pasanganmu. Aku sudah merasa cukup dengan mengagumimu saja meski tanpa bisa memilikimu seutuhnya. Meski sebenarnya ak...