Kabar Duka

1.3K 72 3
                                    

Tiiiiiiit.....

Layar mesin EKG itu berbunyi dan menunjukan garis lurus. Papah Gimnastiar pun tiba-tiba memejamkan matanya dan tangannya terlepas dari tangan Arumi.

"Dokter! Om Gimnastiar kenapa dok?" Arumi pun panik ketika melihat om Gimnastiar yang tidak sadarkan diri, ditambah lagi dengan layar monitor itu yang berbunyi.

"Permisi, biar saya periksa" Ucap dokter bergegas menghampiri Papah Gimnastiar dan Arumi berjalan mundur. "Suster tolong siapkan defribrilator!" Perintah dokter itu pada suster yang berada di dekat layar monitor.

"Baik dokter" Suster pun memberikan alat denyut jantung itu pada dokter. Lalu dokter pun saling menggesek kedua alat jantung itu, baru setelah itu alat denyut jantung itu ditempelkan di dada Papah Gimnastiar. Bahkan Paph Gimnastiar sampai sedikit melambung karena alat denyut yang ditempelkan di dada Papah Gimnastiar.

Sekitar tiga kali dokter mencobanya, namun hasilnya tetap sama dan tidak ada perubahan. Akhirnya dokter menghela nafas berat, sembari menaruh alat denyut jantung itu di meja.

"Maaf, saya tidak bisa menyelamatkan pasien. Pasien meninggal dunia" Jelas dokter paruh baya itu.

Deg!

Bagai tersambar petir, Arumi langsung terdiam kaku. Mata Arumi berkaca-kaca, tak menyangka kalau ini adalah pertemuan terakhirnya dengan om Gimnastiar.

"Enggak!" Arumi menyangkalnya. "Om Gimnastiar bangun om, om bangun!" Ucap Arumi sembari menggoyahkan bahu Papah Gimnastiar. Air mata Arumi pun kini mengalir membasahi pipinya.

"Tolong anda bersabar, ini sudah kehendak Tuhan. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi ini memang sudah jalan Tuhan. Saya tidak bisa berbuat apa-apa" Ucap dokter itu menenangkan Arumi.

Arumi tidak bisa menyangka dengan semua yang terjadi di hadapannya. Arumi tak bisa lagi berkata-kata, ia berjalan mundur perlahan menjauhi ranjang Papah Gimnastiar lalu Arumi berbalik badan dan berjalan menuju pintu keluar. Air mata Arumi mengalir deras. Saat Arumi membuka pintu ruangan IGD, tatapan Arumi kosong dengan air mata yang terus mengalir.

"Arum!" Ucap Ayah Farhan saat melihat Arumi keluar. Semua orang pun beranjak dari duduknya saat melihat Arumi keluar.

Perlahan Arumi melihat kearah Ayah Farhan. Ketika Arumi melihat Ayah Farhan, air mata Arumi semakin deras dan Arumi langsung berlari menghampiri Ayah Farhan dan memeluknya.

"Arum kamu kenapa?" Tanya Ayah Farhan saat Arumi tiba-tiba saja memeluknya.

"Om Gimnastiar Yah... Hiks...hiks..." Arumi terisak menangis dipelukan Ayah Farhan.

Semua orang pun bingung dengan sikap Arumi dan semua orang langsung menghampiri Arumi.

"Arumi kenapa sama mas Gimnastiar?" Tanya Mamah Vidya yang ikut panik.

"Om Gimnastiar Yah... Hiks...hiks..." Arumi tidak menjawab pertanyaan Mamah Vidya, Arumi malah semakin terisak menangis.

Semua orang pun berjalan mendekati Arumi karena penasaran dengan apa yang sudah terjadi dengan Papah Gimnastiar. Namun Arumi tetap menangis dipelukan Ayah Farhan dan membuat semua orang bingung juga penasaran.

"Arum jawab tante?" Mamah Vidya sekikit memaksa Arumi agar Arumi mau bercerita apa yang terjadi.

Tak berapa lama, dokter pun keluar dan Mamah Vidya langsung menghapiri dokter yang memeriksa Papah Gimnastiar.

"Dokter ada apa sama suami saya?" Tanya Mamah Vidya terlihat panik pada dokter itu.

"Maaf, saya sudah berusaha keras, tapi saya tidak bisa menyelamatkan nyawa pasien, pasien meninggal dunia" Jelas dokter itu dengan berat hati.

Mengagumi Dalam Diam √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang