"BANGUN!" teriakan menggelegar Letta sukses membuat semua orang yang masih berada di alam mimpi terbangun dengan raut wajah penuh keterkejutan.
"Apaan sih cubluk!" kesal Gizko yang kembali memposisikan wajahnya pada bantal.
"Ini udah jam 8 guys, kita kesiangan!" kata Letta dengan cemas.
"Biasa aja dugong! Lo lupa? Semalem kita udah sepakat bakal izin hari ini," jelas Gizko yang membuat ke dua mata Letta membulat sempurna.
"Kenapa gua gak tau! Ya allah, kenapa gua selalu terlupakan!" sorot mata Letta terlihat kesal sekaligus sedih.
"Siapa suruh semalem lo tidur duluan," sindir Arina yang tengah megikat rambutnya.
"Taik lah! Berasa anak tiri gua," cibir Letta dan memilih berlalu pergi dengan kaki di hentak-hentakan.
.
.
.Azura dan yang lainnya kini sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama, semua orang menikmati sarapannya dengan tenang, sesekali tertawa saat yang lain mulai memberi candaan.
Bahkan pagi ini pun raut wajah Azura terlihat lebih bahagia dari semalam, alasanya hanya karna saat ini ia tengah duduk di samping orang yang sedari dulu ia sukai, Ardan.
Sesekali Azura memperhatikan Ardan yang tengah sibuk dengan sarapannya, dan setelah itu dirinya tersenyum.
"Eh! Eh! Itu kenapa senyam-senyum sendiri? Kerasukan jin yang semalem ikutan pesta?"
Sial! Azura harap Gizko tidak mengetahui dirinya yang tadi sempat memperhatikan Ardan.
"Kepo, bayar lima puluh rebu!" kata Azura yang sukses membuat Gizko mengerutu sebal.
"Lagi bahagia karna apa?"
Azura menoleh ke samping, pada Sovra yang menatapnya dengan raut wajah terlihat menunggu.
"Bahagia karna kita bisa sarapan bersama kek gini," jawab Azura sambil terkekeh pelan.
"Woy cubluk! Gua nanya suruh bayar lima puluh, giliran Sovra kagak, buazeng!" Gizko kembali merasa kesal.
"Ko! Kalo gua jadi lo mending pulang aja ke rumah," kata Letta sambil tertawa, merasa puas dengan raut wajah sebal Gizko.
"Tapi kalo gua jadi lo, gua gak akan bersikap bobrok melebihi tingkat dewa kek gini, malu-maluin!" kata Gizko dengan santainnya, namun sukses membuat Letta kembali mengeluarkan tanduknya.
"Bener-bener minta di patahin tuh leher!" kata Letta dengan menujuk garpu pada Gizko.
"Hati gua aja lo patahin, jangan leher gua. Tar kalo gua gak punya pala kan serem, gua gak bisa mikirin elo," kata Gizko sambil menaik turunkan kedua alisnya, mengoda Letta yang kini tengah bergidik ngerti.
Semua orang yang sedari tadi diam menonton perdebatan antara Letta dan Gizko itu pun berubah tertawa, merasa gemas pada Gizko dan Letta yang seperti sepasang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Teen FictionArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.