Azura mendudukan bokongnya di ayunan belakang rumahnya, ia menyederkan punggungnya pada ayunan dengan mata yang ia pejamkan, hatinya perlu ia tenangkan agar tidak membuat masalah sepele bahkan tidak penting ini menjadi besar.
Sebisa mungkin dirinya meyakini hatinya jika Ariana dan Ardan hanya sebatas sahabat tidak lebih, meski ia tau jika Ardan menginginkan lebih dari sahabat pada Ariana.
"Ngapain pergi gak bilang-bilang?"
Azura terkejut, ia membuka matanya dan tambah terkejut saat Sovra sudah duduk di ayunan depannya, mengapa ia tak merasakan kehadiran Pria ini?.
"Di dalem sumpek," bohong Azura sambil menegakan kembali tubuhnya.
Untuk saja Azura tidak menangis, jadi ia tak perlu repot-repot menahan diri.
Sovra menatap Azura dengan raut wajah tanpa ekspresi, dan itu membuat Azura tidak nyaman.
"Sejak kapan lo berani bohong ke gua?" tanya Sovra.
Ah sial! Sovra mengetahui jika dirinya tengah berbohong.
"Sovra..." panggil Azura dengan suara pelan.
"Butuh pundak atau dada gua?" tanya Sovra.
"Peluk," kata Azura sambil merentangkan tangannya.
Sovra terkekeh, berpindah duduk menjadi di samping Azura dan langsung membawa Azura kedalan dekapannya.
"Ada apa?" tanya Sovra.
Azura yang berada dalam dekapan Sovra menggeleng.
"Tolong jangan bohong ke gua Ra," pinta Sovra dengan nada yang menahan kesal.
"Dada gua sesak lagi, hati gua kembali sakit," kata Azura sambil mengeratkan pelukannya pada Sovra, membenarkan letak kepalanya untuk mencari kenyamanan dalam dekapan Sovra.
"Itu resiko untuk cinta yang bertepuk sebelah tangan Ra," kata Sovra, mengusap punya kepala Azura.
"Resikonya terlalu besar, sampai-sampai gua hampir mati tersedak nafas sendiri hanya karna menonton kebahagiaan mereka berdua," lirih Azura dengan tawa kecil di akhir kalimatnya.
"Makanya itu Ra, lo harus jatuh cintanya pelan-pelan, biar patah hatinya gak semenyakitkan ini," ujar Sovra, menjauhkan tubuh Azura dari dekapannya.
Ke dua tangannya menangkub pipi Azura, sesekali mengusapnya pelan.
"Jangan sedih, jatuh cinta diam-diam patah hatinya juga harus diam-diam, gak boleh ada yang tau selain gua kalo lo kek gini, kembali bersikap biasa saja seolah-olah gak terjadi apa-apa sama lo," jelas Sovra pada Azura yang hanya diam memperhatikan Sovra yang tengah menatapnya dengan sorot mata serius.
"Kalo lo butuh pundak atau dekapan, datengin gua, jangan orang lain! Kalo lo perlu orang buat dengerin curhatan lo, orang itu gua bukan orang lain. Gua bakal selalu ada disaat lo butuh," tambah Sovra yang entah mengapa membuat rasa sesak pada dada Azura menghilang, rasa sedihnya tiba-tiba berubah menjadi rasa senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Teen FictionArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.