Saat ini Azura dan Sovra tengah berada di uks, Azura kini sedang mengobati luka yang berada di wajah Sovra akibat keributan tadi dengan Ardan.
"Zura... yang lo bilang di lapangan tadi itu bener?" tanya Sovra tanpa mengalihkan tatapan dari Azura.
Sedangkan Azura refleks menghentikan aktivitasnya yang tengah mengobati Sovra, tatapannya kini beralih tepat pada ke dua mata Sovra.
"Yang mana?" tanya Azura berpura-pura tidak tau, dan kembali mengobati luka Sovra.
"Yang tadi di lapangan, yang lo bilang-" entah mengapa Sovra merasa binggung untuk menjelaskannya pada Azura.
"Itu emang bener Sov," Azura menutupi luka Sovra dengan plaster, kembali menatap Sovra dengan tatapan penuh.
"Yang gua ucapin di lapangan tadi semuanya bener, gua gak ngada-ngada dan gua gak bohong. Gua emang mulai jatuh hati ke lo, orang yang ternyata selama ini selalu ada buat gua," lanjut Azura dengan terus menatap Sovra tanpa berkedip, entah Sovra memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak, Azura tidak peduli. Yang jelas, ia telah memberitahu perasaanya pada Sovra.
"Harusnya gua duluan yang ngungkapin perasaan gua ke lo, bukan elo duluan Zura," kata Sovra sambil mengengam satu tangan Azura, mengaitkan jari tangannya dengan jari tangan Azura.
"Gua kira... cinta gua bakal terus bertepuk sebelah tangan, taunya... tuhan memang menjawab doa-doa gua," lanjut Sovra, menatap azura dengan raut wajah bahagia.
Sedangkan Azura diam dengan perasaan terkejut, kini ia baru menyadari jika Sovra telah lama menyukainya, Sovra telah lebih dahulu menaruh rasa sebelum dirinya.
"Sejak kapan lo suka sama gua Sov," tanya Azura dengan masih tak percaya.
"Entah, gua gak tau. Yang gua tau... gua beruntung karna yang hati gua mau itu elo, bukan orang lain," jelas Sovra yang entah mengapa sukses membuat hati azura menghangat.
"Izinin gua buat gengam hati lo yah Zur. Gua janji, gua gak nyakitin lo. Gua akan selalu ada di samping lo, bikin lo bahagia."
"Gak perlu janji Sov, selama ini lo udah ngebuktiinnya kok."
Sovra dan Azura tersenyum hangat, rasa hangat kini menjalar di hati keduanya. Sovra yang merasa senang karna kini penantiannya tak sia-sia, dan Azura senang karna kini hatinnya tau siapa yang pantas untuk di jadikan rumah ternyamannya.
***
Ariana benar-benar tengah merasa binggung dengan perasaanya, apa setelah ini ia harus merelakan Ardan atau harus kembali berjuang.
Ariana benar-benar binggung sekaligus menyesal, jika saja akhirnya seperti ini, Ia lebih baik tidak berpura-pura tidak menyukai Ardan, ia lebih baik tidak melepas Ardan, ia lebih baik egosi dan memilih kebahagiaan! Mungkin saja jika ia menerima Ardan ia akan bahagia.
Lagian, Azura sudah memilih Sovra bukan? Jadi ia berhak egois demi kebahagiaanya. namun sialnya semuanya percuma, semuanya terlambat.
"Sekarang gua udah tau apa yang harus gua lakuin Na, gua harus merjuangin Azura!"
Ariana yang mendengar itu seketika terkejut.
"Jangan gila Ar! Azura udah milik Sovra!" ucap Ariana dengan nada sedikit keras, meluapkan rasa marah dan cemburunya pada Ardan.
"Na! Percuma lo larang gua juga, gua bakal tetep merjuangin Azura! Kalo perlu bikin Azura kembali cinta sama gua!" kata Ardan yang entah mengapa berubah menjadi egois.
"LO GILA AR! AZURA CINTANYA SAMA SOVRA! LO JANGAN GILA AR, GUA CINTA SAMA LO, BERENTI NGEJAR AZURA!" kini emosi Ariana benar-benar meledak, hatinya benar-benar di buat hancur oleh Ardan.
Ardan diam, menatap Ariana yang kini sudah mulai berkaca-kaca, gadis itu akan menangis.
Ardan mengela nafas pelan, menundukan kepalanya agar tak menatap sorot mata sendu Ariana.
"Disini kita sama-sama lagi kena karma Na, dan gua cuman pengen memperbaiki apa yang dulu gak pernah gua anggap ada, Azura. Apa gua salah kalo gua bikin Azura balik cinta gua lagi? Apa gua salah kalo pengen milikin Azura yang dulu sempat pengen milikin Gua?"
"Gua udah cape Na ngejar lo yang selalu pura-pura itu! Gua cape merjuangin lo yang selalu bilang gak suka sama gua, padahal lo ada rasa sama gua!"
"Dan sekarang gua cuman pengen depatin Azura buat jadi milik gua! Gua pengen bikin Azura seneng karna bisa jadi milik gua-"
Plak.
Satu tamparan dari Ariana sukses membuat Ardan diam. Ariana menatap Ardan dengan pipi yang sudah basah oleh air matanya.
Ucapan Ardan benar-benar membuat Ariana tak bisa menafas, rasa sesak membuatnya hampir tercekik, rasa sakit di hatinnya begitu terasa nyata.
"Berapa kali gua harus bilang ke lo Ar? Gua cinta sama lo! Gua cinta sama lo Ardan!" lirih Ariana dengan suara pelan, ia sudah tak bisa menahan diri untuk tidak menangis.
Ardan yang seperti ini begitu membuat Ariana terluka, orang yang Ariana cintai kini telah mencintai orang lain, Orang yang Ariana cintai menginginkan orang lain, orang yang Ariana cintai sudah tak mencintainya, sudah tak menginginkannya lagi, sudah tak mau memperjuangkannya lagi.
Ardan tetap bungkam, tetap tak berani menatap Ariana yang telah ia buat rapuh, ia tak bisa membohongi perasaanya, yang ia mau kini bukan Ariana, tapi Azura.
Rasanya pada Ariana yang dulu begitu besar, kini lenyap entah kemana dan beralih rasanya kini pada Azura, orang yang dulu selalu ia buat luka.
"Please Ar-" Ariana benar-benar tak bisa melanjutkan ucapannya, rasa sesak di dadanya membuatnya tak bisa berbicara apapun, bahkan untuk terus memohon pada Ardan Agar kembali padannya pun begitu sulit.
"Maaf Na, lo sahabat gua," ucap Ardan, berlalu pergi meninggalkan Ariana yang membeku di tempatnya.
Ucapan Ardan barusan benar-benat menyakitkan untuk Ariana, kini ia hanya bisa menangisi Ardan yang sudah tak memiliki rasa padannya lagi, Ariana telah kehilangan Ardan.
Kini Ariana benar-benar hancur, hatinya sudah tak berbentuk lagi. Dan Ariana yakin jika sebentar lagi ia akan mati dengan rasa sesak karna penyesalan.
****
Tbc💜
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Fiksi RemajaArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.