Letta dan Gizko masih diam di satu motor yang sama, keduanya diam dengan pikiran masing-masing. Gizko terus menarik pedal gasnya, menyisiri padatnya Kota Bandung. Sedangkan Letta sendiri pasrah di bawa oleh Gizko karena dirinya memang sedang tak ingin bicara.
Motor Gizko pun mulai memasuki daerah yang sepi bahkan tidak ada perumahan lagi di kanan kirinya, matahari yang kian muncul di sela dedaunan pohon sekarang mulai menenggelamkan diri, tinggallah cahaya motor Gizko sebagai penerang.
"Udah gue bawa sejauh ini lo masih gak rewel?" tanya Gizko mulai buka suara.
"Jadi lo bawa gue sampe gelap gini cuma pengen denger gue ngoceh?" tanya Letta yang merasa jengkel.
"Haha canda beb. Tenang bentar lagi sampe kok," jawab Gizko dan keadaan kembali hening.
Dan tak lama mereka sampailah di tempat yang Gizko maksud, Mereka sedang berada di pantai sekarang, tak mau buang waktu Gizko menyeret Letta ke pasir. Namun, sebelum itu mereka menyimpan sepatu ke dalam tas masing-masing.
Letta bungkam saat melihat aktifitas malam di pantai. Pantai itu benar-benar di rancang untuk malam hari.
Lampu-lampu gantung menjalar sepanjang pantai, setiap pohon kelapa yang mencolok di hias dengan sangat rapi, bar mini tampak terang benderang di sisi pantai dengan meja-meja kecil yang kesannya imut. Di tambah lampu-lampu di pulau sebrang semakin memaparkan keindahan malam di pantai ini.
"Gila! Bagus anget!" puji Letta terus berjalan hingga kaki telanjangnya menyentuh air laut yang sangat dingin.
"Udah gue bilang tempat ini indah banget. Lo nya aja yang susah di ajak ke sini," ujar Gizko mulai duduk di pasir dan di ikuti oleh Letta.
"Hehe maap cubluk," ujar Letta disertai toyoran di kepala Gizko. Kebiasaan yang tak bisa di lepas, Letta tetaplah Letta.
Gizko meringis dan memilih terkekeh melihat wajah berbinar Letta. Ya Letta masih kagum dengan tempat ini.
"Letta, coba lo lihat. Banyak bintang di langit," ujar Gizko mendongak ke langit hitam yang benar memiliki banyak bintang.
"Anjay gila lo Sov! Bisa aja buat gue seneng! Bagus banget ini elah," puji Letta sekali lagi.
Tapi bukan membawa kebahagiaan malah membawa kesedihan bagi Gizko saat Letta menyebut nama orang lain.
"Sov? Sovra maksud lo?" tanya Gizko.
Letta terkejut akan ucapannya. Ia benar-benar kehilangan kontrol. Pikirannya memang terisi oleh Sovra. Kini ia binggung harus apa, secara ia tidak ingin ada yang tau tentang perasaannya. Ya Letta menaruh rasa pada Sovra.
"Engh, sorry gue tadi salah sebut. Tadinya mau manggil lo Soplak! Iya Soplak! Tapi yodahlah lupain hehe. Gapenting juga yakan?" gelagat Letta semakin mencurigakan. Tetapi Gizko memilih diam dan percaya.
"Santuy aja kali cubluk! Lo gugup deket gue ya? Udah ngaku aja sih." Kini Gizko mulai meninggikan dirinya.
"Ewww, yakali gue gugup? Secara muka lo aja gak ada ganteng-gantengnya. Gimana mau gugup coba?" bantah Letta menoyor kepala Gizko.
"Bodo lah! Mana ada maling ngaku."
"Ko, gue cemplungin lo ke pantai mau?!" ancam Letta mendapat cengiran dari Gizko.
***
"Eh, Ko. Curang lo!" teriak Letta saat Gizko merusak karya ciptaannya.
"Heh, suka-suka gue dong! Yang penting gue menang haha!!" ledek Gizko semakin merusak karya Letta.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Ficção AdolescenteArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.