empat puluh.

496 37 0
                                    

TiaraAtika4
maisya1704

Setelah beberapa menit pingsan, akhirnya Azura tersadar. Menatap ke sekeliling ruangan yang kini ada beberapa orang yang tengah menatapnya dengan raut wajah cemas.

"Zura..." Sovra menggengam tangan Azura, raut wajahnya masih terlihat cemas.

"Gua mau pulang Sov," pinta Azura lirih.

"Lo baru sadar Zur," kata Letta yang di angguki oleh Sovra.

"Sovra!" panggil Azura, merubah posisinya menjadi duduk.

"Gua pengen pulang," pinta Azura dengan tatapan memohon.

"Gua yang anter lo pulang yah," pinta Ardan yang kini bersuara.

"Gua yang anter Azura pulang!" kata Sovra sambil berdiri dari duduknya, berniat untuk membantu Azura berdiri namun di tahan oleh Ardan.

"Ada yang perlu gua selesaian sama Azura, biar gua yang anter dia pulang," pinta Ardan, meminta Sovra untuk mengerti.

"Berani bikin Azura nangis, lo bakal berhadapan sama gua Ar," bisik Sovra dengan nada yang begitu tegas.

Ardan terkekeh pelan mendengar ancaman Sovra barusan.

"Ko pinjem mobil lo," pinta Ardan yang membuat Gizko langsung melemparkan kunci mobil miliknya pada Ardan.

"Ayo Zur," ajak Ardan sambil mengulurkan tangannya pada Azura, namun ternyata Azura menolaknya dan malah mengengam tangan Sovra untuk membantunya berdiri.

Saat uluran tangannya di tolak, Ardan mencoba lagi dengan merangkul pundak Azura, Azura sempat berniat untuk menolak lagi, namun dengan cepat Ardan mengeratkan rangkulannya.

****

"Sejak kapan suka sama gua?"

Suara ardan memecahkan keheningan yang telah tercipta dari beberapa menit yang lalu.

Azura yang awalnya terkejut langsung merubah raut wajahnya menjadi tenang, namun tatapannya masih lurus  pada jalanan.

"Selamat yah Ar, akhirnya Ariana juga punya perasaan yang sama kaya lo. Cinta lo gak bertepuk sebelah tangan," kata Azura yant malah mengalihkan pembicaraan.

"Sejak kapan suka sama gua?" ulang Ardan, suaranya terdengar tenang, namun terdapat makna menuntut akan sebuah jawaban.

"Gak penting lah itu mah, yang penting itu lo sama Ariana udah jadian kan," kata Azura yang tetap berpura-pura, berpura-pura baik-baik saja, berpura-pura jika pertanyaan Ardan barusan itu tidak penting dan tidak ada gunanya.

"Sejak kapan lo suka sama gua Zura?!" suara Ardan sedikit meninggi, namun masih berusaha tenang agar tak menyakiti Azura.

"Gua bilang itu gak penting Ar!"

"Sejak kapan Azura Clarina Glowenda!"

"Sejak hari di mana lo bersikap manis ke gua! Sejak hari di mana perhatian-perhatian yang lo kasih ke gua itu bikin gua naruh rasa ke lo!" Azura mengatur nafasnya, menahan diri agar tidak menangis, namun ia sadar jika baru saja jujur pada Ardan.

Suasana di dalam mobil itu kembali hening, Ardan dan Azura saling diam. Namub hanya beberapa detik, karna Azura kembali bersuara.

"Gua tau kalo di sini gua yang salah, gua yang bego karna naruh rasa ke orang yang jelas-jelas cuman ngangep gua sebatas sahabat, hahaha...," Azura tertawa hambar, menutupi rasa sesak di dadanya. "Tapi lo tenang aja Ar, gua gak pernah minta buat lo bales perasaan gua atau pun noleh ke gua," Azura menatap Ardan dengan sorot mata yang penuh luka, namun Ardan tak melihat itu.

[1]Labirin Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang