dua puluh satu.

500 36 12
                                    

maisya1704

Azura menuruni tangga dengan langkah gontai. Hari ini, dia benar-benar tidak ada semangat sedikit pun untuk berangkat ke sekolah dan penyebabnya tidak jauh-jauh dari permasalahan yang menimpa dirinya kemarin.

Ia menghampiri mamanya yang tengah menyiapkan sarapan pagi di ruang makan.

"Pagi, ma."

Seperti biasa, Azura menyapa mamanya dengan wajah yang ceria. Tapi yang pasti, ekspresi tersebut hanya sebuah cara agar mamanya tidak mengetahui apa yang sedang terjadi pada dirinya. Palsu!

"Pagi anak mama," ucap Elfa dengan tersenyum.

"Ma, Zura langsung berangkat aja yah. Udah siang soalnya," alibi Zura.

Padahal sebenarnya dia hanya tidak mood saja untuk sarapan.

"Loh? Gak sarapan dulu, Ra? Masih jam segini kok. Insyaallah juga keburu," kata Elfa.

"Gak deh, Ma. Azura sarapan di kantin aja. Takut macet juga soalnya, Zura pamit ya ma, Assalamu'alaikum."

Setelah mengucapkan salam, Azura langsung nyelonong keluar tanpa menghiraukan teriakan Elfa yang masih menggema di seluruh sudut rumah.

Azura pergi dengan menaiki taksi yang sudah ia pesan dari tadi.

***

Kini Azura sudah turun dari taksi yang ditumpanginya. Ia berhenti di depan gerbang sekolahnya, menghela napasnya berat sambil menatap bangunan megah SMA Raya 01 itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 06:30WIB. Namun, masih terlihat sepi saja bagi Azura. Atau memang hanya dirinyalah yang merasa kesepian?.

Entah!

Padahal sebenarnya sudah banyak siswa-siswi yang berlalu-lalang di depannya, tapi dirinya tetap dilanda sunyi. Maklum juga sih, biasanya dia akan memasuki sekolah beramai-ramai bersama geng bar-bar.

Tapi karena masalah kemarin, yang membuat hubungan persahabatannya merenggang, mengharuskan Azura untuk sendiri dulu saat ini.

Ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam sekolah setelah berdiam diri di depan gerbang.

'Semoga hari ini semuanya bisa membaik,' doa Azura dalam hati.

.

.

.

Kini Azura telah sampai di depan pintu kelasnya, terlihat disana sudah ada kelima sahabatnya yang tengah sibuk berbincang tanpa dirinya. Azura melangkahkan kakinya masuk ke dalam, membuat semua orang yang semula tidak menyadari kehadirannya, kini menatap ke arahnya.

Tatapan mereka masih terlihat sinis kepada Azura. Sepertinya, semua orang telah termakan kebohongan Glenda. Yah! Sepertinya begitu.

Azura mendaratkan bokongnya di kursi yang berada di samping Ariana.

Lalu mencoba ikut nimbrung dengan teman-temannya, siapa tau mereka berubah pikiran.

"Hai, gaes. Lagi bahas apaan?" tanya Azura basa-basi.

Hening!

Azura menghela napasnya pasrah sembari tersenyum miris. Ia menundukkan kepalanya, menyembunyikan kesedihan yang ada diwajahnya, hingga pada akhirnya sebuah suara berhasil membuat Azura kembali mengangkat pandangannya.

"Hai, Ra. Kita cuma bercanda-bercanda biasa aja kok," jawab Ariana sambil menunjukkan senyum hangatnya.

Senyuman itu pun menular kepada Azura, membawa ketenangan tersendiri baginya. Dia sangat bersyukur masih ada yang mau percaya padanya, walau hanya seorang.

[1]Labirin Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang