"Baiklah, anak-anak. Sekian dulu dari Ibu, dan jangan lupakan tugasnya," ucap Bu Guru dan pergi ke luar kelas ketika bel pulang sekolah berbunyi.
"Wanjay! Bosen banget gue sama guru sejarah," teriak Gizko setelah tak tampak lagi tanda-tanda Guru sejarah di kelas mereka.
"Gitu-gitu sejarah juga di perluin, bodoh!"
Letta mengatakan itu sambil membersekan tasnya."Buat apaan? Eh Aryo! Bagi-bagi dong kalo makan, makin gendut baru tau rasa lo!" Gizko mengatakan itu sambil mencomot makanan ringan yang berada di tangan Aryo, salah satu teman sekelasnya, pria berbadan gembul dan berkaca mata.
"Eh? iya ambil aja," ucap Aryo tulus pada Gizko dan menyerahkan makanan ringan di tangannya yang baru sedikit ia makan.
"SEMOGA KURUZ LO YA!" teriak Gizko kepada Aryo yang baru saja keluar dari kelas.
"Ck! Nakalin aja terus, karma baru tau rasa!" Ariana mengatakan itu sambil menatap Gizko dengan pandangan mata memperingatkan.
"Matanya biasa aja neng, ga takut abang," bukannya serius, Gizko malah menjawab perkataan Ariana dengan candaan.
"Gue duluan ya guys. Gue nanti ada dinner bareng keluarga," pamit Azura, dan setelah mengatakan itu, Azura langsung saja pergi meninggalkan geng bar-bar yang seperti biasa, pulang terlambat untuk mendiskusikan hal-hal unfaedah.
"Pulang sama siapa, Zur? Sama gue aja, yuk!" tanya Ardan kepada Azura yang menghentikan langkahnya ketika baru berada di ambang pintu.
"Sama Mama," Azura menjawab pertanyaan Ardan singkat, yang membuat Ardan refleks menurunkan senyum di pipinya.
"Oh, ok. Hati-hati ya," ucap Ardan dengan senyuman semanis dan setulus yang bisa ia hasilkan.
"Yoi. Hati-hati ya Zura. Jangan sampai salah jalan terus bikin lu sakit lagi," sahut Gizko sedikit ngelantur dengan wajah tanpa dosanya, membuat geng bar-bar menatap ke arah Gizko bingung.
"Apaan? Ga salah kan gue? Gue gak mau nyakitin sahabat gua," sepertinya Gizko sedang menyindir seseorang.
Dari pada berlama-lama di sini, Sovra dan yang lainnya langsung saja pergi pulang menyusul Azura yang bahkan kini mungkin sudah sampai di mobil bersama Mamanya.
"Lo nyindir gue?" tanya Ardan kepada Gizko yang kini berjalan tak jauh di depannya.
Mendengar perkataan Ardan tersebut, membuat Gizko memutar balik badannya dan melihat ke arah Ardan sambil mengangkat ke dua alisnya tanda ia bingung.
"Lo ngerasa?" tanya Gizko balik pada Ardan yang kini sudah berada tepat di sampingnya, dan mereka berjalan beriringan.
Ardan diam tak menjawab.
"Yaudah sih, bagus kalo lo ngerasa. Gapapa juga," lanjut Gizko sambil meletakkan tangannya di saku celana tanpa memperdulikan ekspresi Ardan yang kini mulai terlihat murung lagi.
"Gue juga gak ada niatan buat bikin dua hati gadis yang gue sayang sakit," Ardan mengatakan itu dengan pandangan lurus ke depan sambil meletakkan tangan di saku celananya seperti Gizko.
Ardan tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, ia benar-benar berada di tahap membingungkan dalam hidupnya.
"Cuma lo yang tahu jawabannya Dan," ucap Gizko kepada Ardan yang membuat Ardan sedikit bingung.
"Maksudnya?"
"Gue tahu, lo bingung mau ngelakuin apa. Apa lo harus kembali perjuangin orang yang selama ini lo perjuangin, atau lo harus datang ke orang yang selama ini merjuangin lo," jelas Gizko panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Teen FictionArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.