"YEAY... YEAY... YEAY!!! FINALLY, KITA JADI LIBURAN!" teriak Letta saat mereka sampai di tempat tujuan weekend mereka.
Geng bar-bar kini sampai ke tujuan weekend mereka, yaitu Puncak. Mereka saat ini sedang berdiri didepan Villa, dan menunggu Ardan dan Sovra yang tadi mengurus kamar mereka.
Ya, memang semenjak masalah yang sempat terjadi kemaren, mereka terpaksa mengundur jadwal weekend mereka.
Dan here we go.
Ini saatnya mereka melupakan masalah yang sempat terjadi sejenak, melupakan segala kecanggungan dan menikmati segala kebahagiaan.
"Ga usah teriak setan!" balas Gizko yang selesai meletakkan barang - barangnya.
"Yeee, serah gue dong! Mulut-mulut gue, kok lo yang ribet!" balas Letta tak peduli pada Gizko dan masih meluruskan pandangannya ke arah langit malam yang sangat berbintang.
"Yaudah sih! Gue udah bilangin. Nanti kalo penunggu puncak marah, gue ga mau bantu lo."
Letta yang memiliki sifat penakut dari lahir pun, tiba-tiba mundur mendekati kawannya dan memukul Gizko yang sedang duduk sambil menatapnya jahil karena sudah menakut-nakutinya.
"Gizko, yah! Lasak banget sih lo!"
"Emang iya. Nenek gue bilang, barang siapa yang teriak malam-malam di puncak, bakalan diambil sama penunggu puncak."
Melihat ekspresi Letta yang semakin ketakutan, membuat Gizko semakin semangat menggencarkan rencananya.
"Tapi nih ya," Ariana yang sedari tadi diam memperhatikan mereka tiba-tiba memutus perdebatan.
"Biasanya..." Yang lain pun ikut memperhatikan Ariana.
"Yang nakut-nakutin orang malah yang di culik sama penunggunya," ucap Ariana dengan wajah yang di serius-seriuskan agar terlihat menyeramkan.
Melihat Gizko yang kini ketakutan Letta pun menertawakannya.
"HAHA MAMPUS LO! NAKUTIN ANAK GADIS ORANG JUGA LAGI! HAHAHA."
Setelah Letta selesai tertawa, tiba-tiba mereka semua diam.
Hening.
Tak ada suara.
Hanya terdengar suara angin berhembus dan suara jangkrik yang berisik.
"Kok hawanya jadi creepy gini sih?" kata Azura yang sekarang mulai ketakutan, dan berfikir bahwa apa yang dikatakan temannya tadi, mungkin saja benar. Seharusnya Letta tidak teriak-teriak.
"Dasar wanita satu ini! Tidak bisa mengontrol humornya," pikir Letta.
Sreeekk.
"AHHH APAAN TUH?!" teriak Letta refleks saat ia mendengar semak-semak panjang yang ada di depan Villa berbunyi.
"Letta jangan teriak! Pamalih, ih!" Ariana kini sudah mulai ketakutan. Benar-benar ketakutan.
Sebenarnya hanya nama mereka saja geng bar-bar, yang bisanya cari masalah. Tapi jika sudah berurusan dengan dunia sebrang, mereka akan berubah jadi geng letoy-letoyan.
"Gaess, kok gue jadi merinding gini sih?" tanya Gizko pada teman-temannya, sambil mengelus-elus tengkuknya sendiri.
"Seharusnya lo yang nenangin kita. Lo kan cowok, harus berani lah!" balas Azura pada Gizko yang di matanya saat ini terlihat seperti anak kecil.
Gizko memegang tangan teman-temannya, lalu bersandar dan merapat pada mereka. Padahal, tadi dia yang awalnya menakut-nakuti mereka.
Dan sekarang, mereka juga ikut kena imbasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Teen FictionArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.