Dalam waktu seminggu, Glenda si siswi pecicilan yang tidak diminati geng bar-bar mampu beradaptasi. Glenda cukup pintar dan ahli dalam segala bidang, tak heran jika setiap hari lokernya dipenuhi dengan hadiah dari para penggemarnya.
Hari ini sekolah pulang lebih awal, Geng bar-bar memutuskan bermain basket di lapangan. Sebenarnya tidak semua dari mereka ahli bermain basket, hanya Ardan dan Sovra saja. Selebihnya, hanya berlarian tidak jelas."Ayo kak Zura!! Dania dukung seribu persen, asal dibayar es lilin seribuan juga!!" teriak Dania dari pinggir lapangan.
"Iya! Semangka ibu dari anakku kelak! Letta semelenta tementa menta bikin saya jatuh cinta, semangka sayang!" sahut Gizko sok imut dan mendapat tatapan mematikan dari Letta.
Gizko memilih sebagai penyemangat dibanding bermain, bukan karena tidak bisa, melainkan omesnya beraksi untuk melihat bola terindah manusia bergoncang saat berlari dan... STOP!
"Ar! Lempar sini!" titah Sovra dan berhasil menangkap bola lemparan Ardan.
Sementara itu Azura, Ariana, dan juga Letta berlarian tak tentu arah seolah dipermainkan oleh Ardan dan Sovra.
"Woy! Bagi dong bolanya!" teriak Letta mulai emosi, Ardan dan Sovra sibuk dengan Shoot mereka. Tak lupa Ardan mengeluarkan tawa menjengkelkannya.
"Iya nih, ga asik lu pada!" timpal Ariana mulai letih.
"Hahahah, rasakan! Makanya jangan pendek!" Tawa licik Sovra semakin menggairahkan gerakannya.
"Palalu pendek! Kita gak pendek, cuman rendah aja," bela Ariana.
"Cielahh, sama ajalah dodol!" ujar Letta kesal.
"Ardan! Bagi bolanya cuk!" Azura mengejar Ardan.
Ardan yang sadar akan itu menaikkan bolanya, sehingga Azura melompat-lompat bak anak kecil di depan dada bidang Ardan. Sesekali mereka seperti berpelukan karena saling mengaitkan lengan untuk meraih bola.
Tanpa mereka sadari lapangan menghening dan menyisakan suara perebutan bola yang sengit. Ariana tersenyum puas dan sangat lega melihat kedekatan sahabatnya itu. Tanpa mereka sadari ada juga hati yang tersakiti.
"Ardan! Gue ikutan ya?"
Tiba-tiba suara Glenda menghentikan segala aktifitas lapangan, sorot mata bahagia geng bar-bar meredup dan berganti menjadi kekesalan. Tapi tidak dengan Sovra, ia hanya biasa saja.
"Heh! Lu gak ada capek-capeknya ya deketin kita mulu? Ga ada temen lu? Nolep banget idup lu! Ck," sembur Letta penuh kedengkian.
"Letta!" tegur Sovra sambari menatap Letta.
"Udah gapapa Sov, lagian gue kesini bukan untuk geng kalian. Gue cuman deketin Ardan. Masalahnya sama lo apaan?" Glenda tersenyum miring pada Letta. Membuat Letta tak tahan lagi dengan emosinya.
"Woy, cewe murahan! Emang lo siapa seenaknya deketin Ardan tanpa lewatin kita dulu hah? Ardan itu bagian dari kita dan lo bukan siapa-siapa bagi kita! Lo itu cuman anak baru disini, jadi jangan sok asik deh. Dan satu hal yang perlu lo tau, sekali gue benci, ga bakalan ada yang namanya peluang buat lo!" cerocos Letta dengan aura emosi terbesarnya.
Semua terdiam menatap Letta yang berusaha mengusir parasit di geng mereka.
Glenda memasang wajah sendunya. Seakan ia adalah korban bullyan tanpa sebab. Hal itu membuat hati Sovra luluh.
"Letta! Apa-apan sih lo? Apa masalahnya sih Glenda ikutan sama kita?" Sovra angkat bicara.
"Lo yang apa-apaan!! Kenapa lo malah belain dia sih Sov? Persahabatan ini udah lama dan seenaknya manusia ini masuk. Itupun hanya untuk Ardan? Mikir dong, dia cuman manfaatin kita! Atau lo lupa sama kita? Udah buta lo sama cinta?" ujar Letta.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Teen FictionArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.