empat puluh delapan.

487 38 2
                                    

maisya1704

Azura menuruni tangga rumahnya dengan tergesa-gesa, membuat Elfi yang melihat tingkah putrinya itu ketir-ketir sendiri, dan berakhir dengan Azura yang mendapat omelan darinya.

"Zura! Kenapa sih lari-lari gitu? Ntar kalo jatuh gimana? Baru juga keluar dari rumah sakit, mau masuk lagi?" omel Elfi dengan kesal.

"Hehe, maap Ma. Lagi buru-buru soalnya, Udah siang nih. Sovra pasti juga udah nungguin di luar," sahut Azura sambil menyengir.

"Ya tapi kan---"

"Udah ya Mah Marah-marahnya, nanti aja kalo Zura udah pulang sekolah. Sekarang Zura berangkat sekolah dulu, assalamu'alaikum Mama cantik," potong Azura yang langsung berpamitan.

Tak lupa ia mencium tangan perempuan yang telah melahirkan dirinya itu. Dan tanpa menunggu lama lagi, ia langsung berlari keluar dari rumahnya.

Dirinya sudah membuat janji dengan Sovra untuk berangkat bersama, ia tak mau membuat cowok itu menunggu terlalu lama di luar.

"Sorry, gue lam-... Ardan?" ucap Azura sembari menutup kembali pintu rumahnya, dan terkejut saat melihat Ardan yang berada di depan rumahnya, bukan Sovra.

"Hai!" sapa Ardan dengan senyum termanisnya.

Azura masih terdiam, menetralkan keterkejutannya. Dalam hatinya ia benar- benar merutuki kejadian pagi ini, lagi-lagi Ardan, cowok yang kini sedang berusaha Azura hindari. Bukan untuk selamanya, namun hanya sementara. Setidaknya, sampai perasaan yang Azura miliki untuk cowok itu benar-benar hilang.

Azura jadi bertanya-tanya, mengapa Ardan akhir-akhir ini jadi sering menampakkan dirinya di depan Azura, setelah dia mengetahui yang sebenarnya? Kenapa tidak sedari dulu saja dia bersikap seperti ini padanya? Disaat Azura masih berjuang untuknya?

Sekarang, saat Azura sudah berhenti dan dalam proses melupakan semua itu, dengan sopannya Ardan malah datang. Sebenarnya apa yang di inginkan oleh semesta?.

Setelah Azura tersadar jika dirinya sudah cukup lama diam, dia pun berdehem pelan.

"Ah, hai!" sapa Azura balik dengan sedikit canggung.

"Berangkat sekarang?" tanya Ardan.

"Hmmm, iya. Tapi gue udah janjian sama Sovra buat berangkat bareng," jawab Azura, membuat hati Ardan berdesir.

'Sovra'. Lagi-lagi dia keduluan sahabatnya itu. Dan sekarang, Ardan benar-benar merasakan posisi Azura saat cewek itu berjuang untuknya, rasanya begitu sakit ternyata, ketika kita berjuang namun yang diperjuangkan tidak melihat kita sama sekali.

"Tapi ini udah siang loh Zura, Sovra juga belum dateng. Mending berangkat bareng gue aja," ucap Ardan kembali membujuk Azura.

Azura tersenyum kikuk, "Enggak deh, Ar. Gue naik taksi aja kalo gitu. Gue duluan yah," tolak Azura yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Ardan sendirian di depan rumahnya.

Ardan hanya bisa menatap nanar punggung Azura, dengan senyum kecut yang menghiasi wajahnya. 'segitu bencinya lo sama gue sekarang?' pikir Ardan dalam hatinya.

"Loh, Ardan?" panggil Mama Azura yang kini juga ikut terkejut melihat Ardan termenung sendirian di depan rumahnya.

"Eh, Tante. Assalamu'alaikum," salam Ardan sambil mencium punggung tangan milik Mama dari sahabatnya tersebut.

"Wa'alaikumsalam. Kamu ngapain disini?" tanya Elfi heran, karena setahunya, putrinya sudah berangkat dengan Sovra, meskipun sebenarnya tidak jadi.

"Tadinya mau ngejemput Azura, Tan. Tapi gak jadi," jawab Ardan masih dengan raut wajah kecewanya.

[1]Labirin Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang