Bel pulang sekolah pun berbunyi. Suara hentak kaki para siswa dan siswi berbunyi, tanda mereka berlari untuk kembali ke rumah masing-masing.
Dan dikelas XI Ipa C itu tinggal Geng bar-bar yang sedang berbincang.
"HAHAH NGAKAK ANJAY," seluruh ruangan diisi dengan tawa Gizko.
"Iya anjay dari kemaren gue merhatiin si Lucin makin cantik dia," kata Sovra sambil membayangkan wajah Lucinta Luna.
"Gila sih lo, Sov! Please jan kek gitu takut gue," balas Azura dengan wajah takut menatap Sovra dan Gizko.
"Elah, Zur. Kalo si Lucin emang wanita sungguhan, cantik dia pasti," Gizko pun sekali lagi tertawa ngakak melihat ekspresi teman temannya yang pada jijik.
"Hahah, udahlah gausah bahas si Lucin, Gue bercanda doang. guys," dengan terdengarnya kata kata Sovra tadi membuat geng bar-bar yang awalnya bermuka tegang menjadi lega dan datar.
"Kirain," Ardan pun yang dari tadi diam jijik tak tau membalas apapun akhirnya bicara.
"SANTUY AJA MUKANYA TONG! HAHAHAHA!"
"Gizko lo bisa gak sih, gak teriak? Telinga gue bisa budek lama-lama!" balas Letta dengan wajah kesal.
"Marah-marah aja lo kayak Lucin," balas Gizko menatap Letta lalu bertos ria dengan Sovra.
"SERAH LU PADA! PUSING GUE DENGAR NAMA LUCIN, BYE!"
Letta pun melangkahkan kakinya keluar kelas. Di ikut oleh celongokkan teman-temannya yang menatap kepergian Letta.
Ia sedang berada di tahap tidak dalam mood yang baik hari ini, ntahlah kenapa. Dari kemaren memang itu yang dia rasakan, dan saat ini dia sudah berada di ujung pertahanan.
"Lah? Si Letta kenapa?" bingung Gizko.
"Gara-gara siapa lagi kalo bukan lo," balas Azura santai dan membereskan buku-bukunya.
"Kurang-kurangin lah lo, nakalin si Letta. Cape dia kali liat sikap lo." Ariana pun juga ikut memanas-manasi Gizko.
"Masa iya, we?" tanya Gizko dengan nada sedih. Dia cuma berpikir bahwa jika Letta marah padanya dan tak mau berbicara dengannya lagi. Lalu bagaimana hidupnya? Pasti akan kelam kelabu, tak berwarna dan seperti burung tanpa sayap.
"Gausah sok sedih lo," lanjut Sovra yang sudah siap membereskan barang-barangnya, di ikuti oleh geng bar-bar yang sekarang juga sudah berdiri untuk kembali kerumah. Tercinta.
"Dah, lah! Yok balik! Paling Letta capek mau istirahat. Semenjak pulang dari puncak kemaren kan kita belum ada one day buat full of break," ucap Azura yang berniat menenangkan Gizko.
"Sok inggris lo," balas Gizko dan malah langsung pergi nyelonong begitu saja dan meninggalkan teman-temannya.
"Lah? Kok malah dia yang capcus luan?" celongo Ariana dan lainnya menatap pintu kepergian Gizko.
"Hi, geee! Gue balik dulu ya."
"ANJAY GIZKO BIKIN KAGET LU," teriak Ariana refleks saat melihat tiba-tiba Gizko kembali muncul di depan pintu untuk minta izin pulang pada mereka.
"Hehew... bay! Gue mau nyusulin bebeb Letta."
Gizko pun sekali lagi pergi. Dan mereka? hanya bisa pasrah melihat ketidakwarasan temannya yang satu itu.
"Bukan kawan gue." Ardan pun menenteng tasnya yang tadi sempat terjatuh karena kaget Gizko muncul tiba-tiba seperti setan. Ya walaupun memang mirip sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Ficção AdolescenteArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.