Ardan dengan bantuan warga setempat, membopong Ariana masuk ke dalam Villa. Di ikuti oleh Letta, Gizko, dan Dania di belakangnya yang juga terlihat panik melihat keadaan Ariana saat ini. Kemudian, Ardan dan warga meletakkan tubuh Ariana yang masih terlihat lemah tak berdaya itu di atas ranjang.
"Makasih ya, pak," Ardan mengucapkan terima kasih kepada bapak-bapak yang telah membantunya.
"Sami-sami, jang. Lain kali teh hati-hati ya, disana batunya meni licin-licin pisan. Banyak juga yang kepeleset disana," ucap bapak tersebut memperingatkan Ardan dan juga yang lain.
"Iya, pak. Sekali lagi makasih banyak, pak."
"Iya. Ya sudah, kami pamit dulu. Assalamu'alaikum," pamit warga tersebut.
Setelah para warga tadi pergi, Letta, Gizko, dan juga Dania langsung berebut menghampiri Ariana yang terbaring lemah di atas ranjang.
"Ya ampun, Na. Gue bener-bener khawatir tau liat lo tadi. Gue takut lo kenapa-napa," ucap Letta khawatir sambil memeluk tubuh lemah Ariana.
"Iya, kak. Dania sampe mau nangis tau tadi liat Kak Ana yang udah lemah tak berdaya gitu," sahut Dania dengan penuh dramatisnya, yang membuat Ardan sedikit jengah.
"Ya Tuhan, Na. Gue juga sama. Gue kira, gue bakal kehilangan sahabat gue yang cantik tapi galak ini. Tapi syukur deh. Ternyata lo gak jadi mati," ucapan Gizko yang asal jeplak itu ternyata mendapatkan apresiasi dari Letta. Yakni pukulan di lengan Gizko, yah seperti biasa.
"Mulut lo lemes banget dah! Udah kayak emak-emak yang jualan di tanah abang noh," kesal Letta pada Gizko.
"Salah lagi, salah lagi! Naseb...naseb," pasrah Gizko yang selalu salah di mata Letta.
"Bang Koko udah! Abang itu gak akan pernah bener. Jadi diem aja," sahut Dania yang membuat Gizko ingin memiting kepala adik dari sahabatnya itu sekarang juga.
Ariana yang melihat kekhawatiran teman-temannya itu, tersenyum kecil. Dalam hati kecilnya ia bersyukur, karena Tuhan telah memberikannya hal yang berharga pada dirinya. Para sahabat yang selalu menjaga dan melindungi dirinya kapan pun dia perlu.
"Sorry, yah. Gue udah bikin kalian semua panik karena kecerobohan gue," ucap Ariana dengan suara yang terdengar lemah.
"Apasih, Na. Gak perlu minta maaf. Ini semua juga salah kita, karena gak bisa saling ngejaga. Jadi lo gak perlu merasa bersalah kayak gitu," sahut Gizko bijak.
Jelas saja ucapan yang keluar dari mulut Gizko barusan, membuat lainnya melongo. Terlebih Letta.
"Tumben pinter," ejek Letta.
Gizko memutar bola matanya malas, lalu menghela napasnya pasrah.
"Bego disalahin, pinter dibilang tumben. Maunya apa sih lo?" kesal Gizko.
Melihat wajah kesal Gizko, membuat semuanya menertawakannya.
"Ya udah sih, Ko. Becanda," ucap Letta sambil kembali menabok lengan Gizko.
Sepertinya Letta hobi sekali ya menganiaya Gizko. Wkwkwk...
Kini tatapan Ariana beralih pada Ardan yang sedari tadi diam, berdiri tak jauh darinya.
"Makasih juga ya, Ar. Karena udah nolongin gue tadi," ucap Ariana berterima kasih.
Ardan yang mendengar ucapan Ariana, beralih mendekat ke ranjang dan berlutut di samping Ariana berbaring.
"Itu udah jadi kewajiban gue, Na. Gue gak mau lo kenapa-napa. Karena gue cinta sama lo," ucap Ardan sembari memegang lembut tangan Ariana.
Sontak saja, kalimat yang keluar dari mulut Ardan barusan membuat semua orang tercengang. Terlebih perempuan yang kini tengah menahan air matanya agar tidak kembaki tumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Teen FictionArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.