Azura yang baru saja ingin merebahkan tubuhnya di kasur terhenti saat pintu kamarnya di ketuk.
Azura berjalan untuk membuka pintu, dan merasa terkejut saat Sovra telah berdiri di depan kamarnya sambil menunduk.
"Ada apa?" tanya Azura, suaranya terdengar biasa saja, namun tatapannya masih terlihat kecewa.
"Maaf," lirih Sovra dengan suara pelan.
Azura terkekeh, membalikan badan dan berjalan menuju kasurnya, duduk di sisi kasur dengan kaki menyila.
"Maaf?" tanya Azura, menatap Sovra yang masih berdiri di ambang pintu dengan kepala menunduk.
"Gua masih inget saat lo dengan santainya nampar gua, padahal dulu lo pernah bilang kalo lo gak akan nyakitin gua. Dan gua masih inget saat dengan gampangnya lo mempercayai semua ucapan Glenda, padahal dulu lo pernah bilang kalo lo alan selalu percaya sama gua, gua satu-satunya orang yang gak akan lo sakiti dan gak akan lo buat kecewa," jelas Azura panjang lebar dengan suara bergetar, hatinya terasa sakit saat kembali mengingat kejadian-kejadian dulu.
Dengan langkah pelan Sovra mendekat pada Azura, bersujud di hadapan Azura dengan kepala yang masih menunduk, Sovra terlalu takut melihat sorot mata Azura yang begitu kecewa padanya.
"Kepercayaan itu ibarat gelas kaca yang dengan sengaja di pecahkan ke lantai Sov, seberusaha apapun lo buat kembaliin tuh gelas menjadi utuh lagi, yah percuma! Gak akan bisa Sov," kata Azura yang suaranya semakin bergetar, ia benar-benar merasa kecewa pada Sovra yang ia kira akan menjadi pelindungnya, tapi malah ikut menyakitinya.
"Maaf..." hanya kalimat maaf yang bisa Sovra keluarkan, kalimat demi kalimat yang sudah ia pikirkan di perjalanan tadi seketika hilang begitu saja.
"Gak perlu minta maaf, karna kata maaf gak bisa ngerubah semuanya, terutama hati gua yang udah hancur!"
Sovra mengangkat kepalanya, menatap Azura dengan ke dua mata yang sudah berkaca-kaca, dirinya menahan tangis.
"Hukum gua Zura, tapi gua mohon maafin gua. Gua ngaku salah, gua tau lo kecewa banget ke gua, tapi gua mohon... maafin gua," lirih Sovra berbarengan dengan air matanya yang menerobos keluar membasahi ke dua pipinya.
Azura terkejut saat dengan tiba-tibanya Sovra menangis, begitu amat menyesalnya kah Sovra hingga menangis di hadapannya.
"Bangun, sini duduk di samping gua," titah Azura yang di turuti oleh Sovra.
"Jangan terlalu gampang percaya sama orang baru, dan jangan terlalu meragukan orang yang udah lama deket sama kita, karna tidak dipercayai rasanya menyakitkan," kata Azura mencoba menjelaskan.
"Iya gua tau gua tolol yang dengan gampangnya percaya ke orang baru," kata Sovra yang kembali menunduk.
"Jangan nunduk!" perintah Azura.
Sovra kembali mengangkat wajahnya, menatap Azura dengan air mata yang masih membasih ke dua pipinya.
Kedua tangan Azura terangkat, menyeka air mata Sovra yang membasahi pipi pria itu dengan ke dua tangannya yang kecil.
"Kecewa sama marah itu beda yah Sov, mungkin kalo gua marah gua bisa maafin lo, tapi kali ini gua lagi kecewa, gak segampang membalikan telapak tangan untuk memaafkan," kata Azura dengan suara pelan, namun sukses membuat Sovra kembali menangis dengan diam.
"Tapi gua bakal berusaha buat kembali membuat semuanya baik-baik aja, berusaha membuat hati gua kembali pulih," tambah Azura sambil kembali menyeka air mata Sovra.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Ficção AdolescenteArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.