Suasana siang hari di puncak sangat bersahabat sehingga sangat memungkinkan bagi Geng bar-bar untuk menelusuri puncak, Geng bar-bar dengan style gunungnya tampak sangat keren bak model-model olah raga, terutama Ardan yang semakin tampan dengan sepatu gunung, jaket Army dan topinya. Bagi Azura itu adalah pangeran titisan gunung.
Kini geng bar-bar tengah berjalan santai melewati permukiman Villa, ternyata di sana sangat ramai akan rombongan bahkan keluarga retret."Wehhh, bentar deh!!" ujar Sovra berhasil menghentikan langkah sahabat-sahabatnya.
"Apaan Sov?" tanya Ardan bingung melihat raut wajah Sovra yang seperti mencoba tenang dan memekakan telinganya.
"Bang Sovra denger apa?" tanya Dania.
"Bentar! Gue denger sesuatu," jawab Sovra semakin memekakan telinganya.
"Sovra! Gue gak nyangka! Ternyata... secepat ini lo mau ninggalin kita Sov?" ujar Gizko sangat dramatis.
"Woy cubluk! Gak nyambung deh lo!" ujar Letta seraya menoyor kepala Gizko.
"Tau dih, Bang Gizko aneh deh!" timpal Dania.
"Dih! Siapa tau kan Sovra denger panggilan malaikat maut, umur ga ada yang tau kan?" Gizko berbicara sambil menerawang langit.
"Iihh pamali tau gak, Ko!" ujar Azura.
"Heh tulul! Ucapan adalah doa," nasehat Letta.
"Biarin aja! Biar Gizko yang ditangkap dedemit karna ngomong yang aneh-aneh!" hasut Ariana belagak kejam.
"Hahaha dedemit juga gak selera kali nagkep si cubluk," Letta merasa puas mendapati wajah Gizko yang pasrah termakan oleh candaannya sendiri.
"Shuuuttt!! Makin kedengaran," Sovra bersuara dengan serius seakan mendengar sesuatu yang benar-benar penting. Semua terdiam dan menunggu Sovra dengan setia.
"Aelah denger apa sih lo?" Ardan mulai jenuh dengan semua ini.
Senyap.
"Iyaa ini gak salah lagi! Kuyy ikut gue!" titah Sovra mulai melangkah ke arah hutan dan diikuti oleh Ardan dan Gizko.
Sejenak Letta, Ariana, Azura,dan Dania saling adu tatapan ragu. Keempatnya sama-sama ragu namun tak ada pilihan lain.
"Ri! Ayo buruan!" teriak Ardan dari kejauhan tempat wanita-wanita itu berdiri.
"Yodah ikutin aja lah. Lagian sereman Letta kali dari pada dedemit," ledek Azura mendapat cubitan dari Letta.
Setelah beberapa menit berjalan menembus hutan, geng bar-bar akhirnya sampai di pinggiran sungai. Udara sejuk, suara air yang deras, semua bercampur dengan aktifitas alam. Benar-benar menarik untuk dinikmati.
Ekspresi kagum bahkan tercengang tampak di wajah-wajah pembuat rusuh di mana saja itu."Ini nih yang gue denger guys! Alam sedang memanggil kita," Sovra membuka suara.
"Ini... bener-bener keren anjay!" ujar Gizko mengagumi sungai membentang panjang itu.
"Gila sih parah!" tambah Ardan.
"Njirrr, bagus banget!" puji Ariana.
"Mending sekarang kita berenang aja!" usul Dania dan di setujui oleh geng bar-bar.
Tanpa tunggu lama mereka pun langsung menghanyutkan diri di dalam air sungai yang kebetulan sedang bersahabat. Arusnya tidak terlalu deras dan tingginya hanya sepinggang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Teen FictionArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.