"Huh! Meledak otak gue nying," ucap Gizko dramatis.
"Ah elah! Emang lu nya aja yang o'on," sindir Sovra saat dGizko mulai dramatis lagi.
Geng bar-bar baru saja selesai dengan ulangan dadakan seperti tahu bulat, dan setelah ulangan selesai mereka memilih untuk langsung pergi menuju kantin, mengisi perut mereka untuk mengembalikan nyawa mereka yang hampir hilang karna ulangan dadakan.
"Enak aja lu ngomongin gue o'on! Asal lo tau ya, gue itu gak o'on. Tapi cuma bego doang," ujar Gizko yang tak terima di bilang o'on.
"Sama aja ogeb," balas Sovra malas.
"Tau ah! Udah gue mau makan."
Untuk beberapa saat meja geng bar-bar yang tadi ramai gegara Sovra dan Gizko, kini berubah hening. Hanya ada suara dentingan piring dan sendok yang beradu, hingga tak lama....
"Uhuk... uhuk...," Letta tersedak makanan yang tengah ia makan.
"Eh, bebeb Letta kenapa? keselek? Nih minum," ucap Gizko panik, memberi satu botol sambal ke arah Letta dengan tanpa dosanya.
Tukk!
"Eh, cubluk! Orang ke selek di kasih air bukan sambel," cibir Sovra.
"Anjay kepala gue," ucap Gizko sambil memegang hidungnya.
"Itu hidung goblok," kata Letta yang sudah meminum segelas air yang di sodorkan oleh Sovra.
"Ah, masa sih? Udah ganti yah beb?" tanya Gizko dengan wajah menyebalkan.
"Noh! Makan ganti," jawab Letta kesal sambil menyuapi bakso secara kasar ke Gizko.
"Uhuuuu enak. Cieee ibeb Letta sekarang mainnya suap-suapan ya," goda Gizko kepada Letta semakin menjadi-jadi.
"GIZKOOO!!!" murka Letta sambil mengejar Gizko yang sudah lari di sekeliling meja tempat mereka duduk.
"Apa beb?" Ucap Gizko sambil terus berlari menghindari Letta yang marah. Entahlah! Gizko sendiri heran, mengapa dia suka sekali melihat Letta seperti ini, setidaknya untuk akhir-akhir ini.
"Sini lo anak nyasar!"
"Eh, gue lahir dari rahim emak gue. Hasil kerja bapak gue dan lahir di bumi tepatnya di Indonesia, yasar dari mananya?" Jelas Gizko yang berdiri di belakang Sovra, guna menghindar dari Letta.
"Eh Sov- kambing! elu tuh ya... cuma Sovenir yang lahir dari hasil karya seseorang yang kebetulan hidup menjadi sosok jelangkung," jawab Letta hampir saja dia keceplosan menyebutkan nama Sovra.
"Bodo lah! Ntar tiap malem gue hantuin lu! Liat aja," kata Gizko di seram-seramkan membuat Letta bergidik ngeri.
Namun saat Letta hampir menyebutkan nama Sovra, sebenarnya Gizko merasa aneh, namun sudah lah.
.
.
."Sov gue nebeng lu ya?" pinta Letta kepada Sovra yang baru saja memakai tas ranselnnya.
"Yah... sorry Let, gue mau balik sama Azura," ucap Sovra.
Azura yang menyadari namanya disebut langsung menoleh.
"Eh apaan? gue mau balik sama Ardan Sov, lu balik sama Letta aja yah," tutur Azura.
"Oh yaudah. Gue balik duluan sama Letta ya," kata Sovra dan berlalu pergi meninggalkan Azura.
Letta benar-benar merasa senang, akhirnya ia bisa pulang dengan di antar oleh Sovra.
Dan Letta terlalu merasa senang hingga tanpa menyari Gizko yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Sedangkan Gizko merasakan ada yang aneh pada dirinya, ia merasa seperti tidak suka melihat Letta bersama Sovra.
Gizko terkekeh pelan, "Au ah bodo amat," ucap Gizko dengan pelan, kemudian berlalu pergi.
***
"Dan, mampir dulu yuk!" ajak Azura setelah turun dari motor.
"Gak usah Ra. Lagian udah gelap juga mau hujan. Gue balik dulu ya," tolak Ardan dengan halus.
"Oke deh. Hati-hati," ucapnya sambil melambaikan tangan pada Ardan yang mulai melajukan kembali motornya.
Azura mulai melangkah masuk dengan seulas senyum yang terlihat bahagia, hatinya kembali membaik dan memilih untuk kembali berjuang lagi.
Azura kembali mengikuti apa yang egonya mau dan membodo amatkan apa yang hatinya mau. Azura memilih kembali berjuang untuk bisa mendapatkan Ardan meskipun hatinya sudah remuk.
Azura berpikir mungkin dirinya memang harus kembali berjuang, dirinya terlalu terobsesi pada kata 'memiliki' hingga tidak memperdulikan hatinya yang telah remuk, dirinya terlalu cinta pada Ardan hingga tanpa memperdulikan kenyataan yang sudah menimpahnya berulang kali.
****
Tbc💜
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Labirin Cinta✔
Teen FictionArah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh padamu, seperti kamu yang enggan menoleh padaku.