Edel baru saja sampai halaman fakultas sudah bertemu si biang kerok yang membuat matanya bengkak.
Edel dari kostan sudah berdoa semoga tidak bertemu Ravin, orang yang sangat ingin dihindarinya, tapi takdir berkata lain, ia malah bertemu dengan Ravin di pagi hari saat matanya masih terlihat bengkak. Edel tahu Edel bukan orang yang taat pada perintah agama makanya doanya gak dijabah. Akhirnya ia mau tidak mau harus berhadapan dengan Ravin.
"Tumbenan nih pake kacamata. Untung mancung jadi kacamatanya gak turun."
Mendengar celetukan Ravin pagi-pagi sudah bikin Edel emosi, rasa-rasanya ingin menjambak rambut Ravin.
Edelnya hanya mendengar ucapan Ravin seperti angin lalu tidak digubris sama sekali, ia menahan diri untuk tidak beradu argumen dengan Ravin, malah yang menyahuti ucapan Ravin adalah Jesslyn.
"Rav bisa diem gak. Masih pagi ini loh." ucap Jesslyn yang seakan-akan mewakilkan apa yang ingin Edel utarakan.
Ravinnya malah tertawa mendengar ucapan Jesslyn, malah dengan kurang ajarnya Ravin mengambil kacamata yang sedang Edel kenakan, karena Edelnya sedang dalam mood tidak baik-baik saja. Ia sudah menahan diri dari tadi untuk tidak meladeni Ravin jadi menjambak rambut Ravin dengan kejamnya tanpa berkomentar. Akhirnya keinginannya untuk menjambak rambut Ravin terealisasikan.
Mendapat serangan secara mendadak dari Edel sontak membuat Ravin kaget dan langsung meringis kesakitan minta dilepaskan. Karena Ravinnya misuh-misuh kesakitan membuat Jesslyn tidak tinggal diam, ia membantu Ravin untuk melepaskan jambakan Edel pada rambut Ravin. Untung halaman fakultas masih sepi karena memang masih pagi, coba kalau ramai sudah dipastikan mereka menjadi tontonan gratis mahasiswa yang lewat.
Setelah Edel melepaskan jambakannya, Ravin mengusap-usap rambutnya yang bekas jambakan Edel.
"Sakit banget gila lo." kata Ravin.
"Mana kacamata gue. Buruan gue mau ke kelas." pinta Edel sambil mengadahkan tangannya ke depan Ravin tapi matanya melihat ke bawah.
"Lo minta sama siapa? Tanah?" sahut Ravin.
Edelnya mendengus, lalu mengangkat kepalanya dan wajahnya tepat berhadapan langsung dengan Ravin. Ketika Ravin akan memberikan kacamata pada Edel, ia jadi salah fokus oleh keadaan mata Edel yang nampak bengkak. "Lah itu kenapa mata lo?"
"Bukan urusan lo." kata Edel menanggapi.
Edelnya ingin mengambil kacamata pada tangan Ravin, tapi sama Ravin kacamatanya diangkat ke atas. "Kasih tahu dulu itu kenapa?"
Edel diam sebentar, lalu...
"NGERTI GAK SIH LO GUE LAGI GAK MOOD BEGINI-BEGINIAN."
"JADI ORANG GAK USAH KEPO, MATA-MATA GUE KENAPA LO YANG REPOT."
"AMBIL DAH TU KACAMATA. GAK BUTUH GUE."
"JANGAN MUNCUL-MUNCUL DEPAN GUE DAH LO."
Setelah berkata demikian mengeluarkan amarah yang ada pada dirinya. Edel pergi meninggalkan halaman fakultas yang masih menyisakan Ravin dan Jesslyn.
Ravin dan Jesslyn saling pandang bertanya-tanya melihat kepergian Edel setelah meluapkan amarahnya.
"Itu kenapa temen lo?" tanya Ravin yang benar-benar bingung dengan sikap Edel pagi ini.
Jesslyn mengangkat bahunya tanda tidak tahu."Dari pagi keluar kamar juga orangnya gak banyak omong. Katanya itu matanya begitu habis nonton drama, tapi menurut gue sih bukan nonton drama aja."
"Kesambet apa ya."
"Hushh sembarangan. Lagian lo tuh gangguin Edel mulu, kesel kali dia atau engga lo ada salah kali sama Edel sampai orangnya begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
We're (Not) Just Friends✔
RomanceJangan lupa follow akunku biar kalau aku update cerita makin kelihatan langsung klik deh. Pylaris Fredella atau biasa disapa Fredella yang berarti pembawa kedamaian. Kenyataannya sih boro-boro pembawa kedamaian, kalau ada Fredella itu berisik ditam...