•47• Home

650 42 7
                                    

Edel keluar kamar sambil menarik kopernya yang berisi pakaian dan barang-barang penting untuk dibawa pulang.

Paket yang ditunggu-tunggu Jesslyn datang hari Sabtu. Visualisasi Jesslyn saat unboxing album k.pop seperti orang gila, maksudnya orang yang tergila-gila dengan oppa-oppa yang ada dalam foto, ditambah ia mendapatkan photo card biasnya, makin menambah tingkah Jesslyn seperti belut yang akan ditangkap tidak bisa diam.

Edel yang ikut menyaksikan Jesslyn unboxing album k.pop hanya menghela napas panjang sambil geleng-geleng kepala.

Setelah selesai unboxing Jesslyn merapikan kembali seluruh isi album untuk dimasukkan ke tempatnya kembali. Ia memasukkan album tersebut ke dalam koper, akan ia bawa pulang sambil berkata. "Nanti posternya bakal gue tempel di kamar ah."

Oke kita skip pembicaraan Jesslyn dengan album k.popnya.

Edel yang sedang mengunci pintu kamar menoleh pada pintu kamar sampingnya yang terbuka terlihat Jesslyn sedang menarik koper kecil miliknya keluar.

"Udah? Nggak ada yang kelupaan atau ketinggalan kan?" tanya Jesslyn ikut mengunci pintu kamarnya.

Edel menjawab dengan mantap. "Enggak.

"Barang bawaan lengkap? Colokan udah dicabut? Lampu udah dimatiin? Keran air udah dimatiin?" tanya Jesslyn bertubi-tubi.

Edel berkali-kali menganggukan kepalanya atas pertanyaan yang diajukan Jesslyn. "Udah Jes tenang aja."

Jesslyn menghela napas. "Awas kalau ada yang kelupaan atau ketinggalan, mending turunin di jalan aja dah lo." ancam Jesslyn.

Edel meringis diakhiri dengan cengiran.

Pasalnya Edel suka kelupaan atau ketinggalan sesuatu, sudah beberapa meter meninggalkan kawasan kosan ia akan balik lagi mengambil barang atau hal yang ia lupakan di kosan. Sekali sih tidak apa-apa, tetapi ini selalu, setiap akan pulang ke rumah. Ya mending sih belum meninggalkan kosan cukup jauh, jadi bisa balik lagi ke kosan, kalau sudah jauh, misalnya ingin masuk tol sudah pecat saja Jesslyn jadi temennya Edel. Eh tapi enggak deng bercanda.

Untung saja jika mereka berangkat menuju terminal atau stasiun diantarkan oleh dua konco kentel, tidak lain dan tidak bukan adalah Ravin dan Petra. Kalau ada yang ketinggalan bisa balik lagi tanpa harus buang-buang ongkos.

Kali ini mereka tidak diantarkan oleh dua orang itu, melainkan pulang bareng. Kok bisa? Ya bisalah, kan Ravin di kota tempatnya berkuliah ada mobil, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya Ravin hanya diberikan motor. Jadi, Ravin menawarkan diri untuk pulang bareng. Edel dan Jesslyn tidak menyia-nyiakan hal tersebut, ini namanya seperti mendapatkan uang kaget.

Tapi mereka masih tahu diri sih, tidak segratis itu, Edel, Jesslyn serta Petra berinisiatif patungan untuk membeli bensin mobil Ravin dan membayar tol. Ravin sih drama awalnya menolak, tetapi akhirnya menerimanya dengan senang hati.

Edel dan Jesslyn yang sedang mengobrol tiba-tiba Ravin dan Petra memasuki pekarangan kosan menginterupsi obrolan Edel dan Jesslyn.

"Udah?" tanya Ravin yang diberikan anggukan kepala oleh keduanya.

Ravin mengambil alih koper milik Edel, membawanya keluar kosan menuju mobilnya. Begitu pun Petra mengambil alih koper Jesslyn.

Edel dan Jesslyn mengekori mereka berjalan menuju mobil Ravin yang diparkir di luar kosan.

Setelah menutup pintu bagasi, Ravin membuka pintu mobil depan karena ia yang menyetir, Petra duduk di sampingnya, Edel dan Jesslyn duduk di belakang.

Akhirnya mobil Ravin berangkat meninggalkan kawasan kosan Edel dan Jesslyn.

Keadaan kali ini gelap karena mereka berangkat Senin malam untuk menghindari kemacetan dan panasnya siang hari. Kalau malam itu di dalam mobil pun tenang hanya ditemani suara musik, tidak terganggu dengan suara bising pengendara lain pada siang hari, dan sampai di rumah tuh bisa menjelang pagi.

We're (Not) Just Friends✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang