•12• Kamu, Seblak, dan Air Putih

768 61 10
                                    

Edel berjalan sendirian memasuki fakultasnya. Hari ini ia ada kelas siang, untung tidak tertidur seperti sebelum-sebelumnya.

Tapi tetap saja jalannya kayak gak ada semangat hidup. Memang sih kalo kedapatan kelas siang mager banget. Udah mah panas, mending tidur siang kan. Tapi kalau dapat kelas jam 7 juga mager bangun pagi. Serba salah memang. Rasa-rasanya pengen langsung lulus aja. Nanti pas sudah lulus, ih mau kuliah lagi aja.

Di halaman fakultas Edel melihat Ravin, Petra dan teman-teman kelas mereka yang baru saja bubaran kelas. Mayoritas jurusan Ravin dan Petra itu laki-laki, maklum jurusan kriminologi.

Edel sih santai saja melewati gerombolan Ravin dan teman-temannya tersebut kek gak ada dosa gitu. Biasanya cewek kalau akan melewati jalan dan di depannya banyak gerombolan cowok-cowok akan putar balik, tidak ingin melewati jalan tersebut. Karena Edel ceesnya Ravin ia berani-berani saja melewati gerombolan Ravin itu, coba kalau di depan Edel gerombolan anak teknik yang rambutnya gondrong-gondrong Edel akan auto putar balik.

"Rav, Edel tuh." kata Petra saat melihat Edel berjalan. Ravin langsung melihat ke arah Edel.

"Tumben nih gak tidur." sindir Ravin saat Edel sudah berada di depannya.

Niatnya mau langsung ngadem ke kelas karena di luar panas, eh malah akan diajak baku hantam oleh Ravin.

Edel langsung bertolak pinggang di hadapan Ravin. "Kenapa? Lo mau liat gue lari-lari ngos-ngosan masuk kelas."

"Gue sih pengennya lo gak dibolehin masuk kelas." jawab Ravin enteng.

"Oh lo mau gue tonjok ya." balas Edel yang sudah mengangkat tangannya membentuk kepalan.

Ravin langsung terkekeh meminta ampun agar tidak ditonjok Edel. "Bercanda atuh." kata Ravin sambil mencubit pipi kiri Edel. Mana nyubitnya gak pakai otak, kencang banget.

"Aw sakit njing." dengan kesal Edel memukul tangan Ravin yang masih berada dipipinya agar melepaskan cubitannya. Ravinnya malah tertawa melihat Edel kesakitan. "MERAH GAK INI?" omel Edel setelah Ravin melepaskan cubitan pada pipinya.

Ravin mengelak bahwa tidak membekas warna merah. Edel tidak percaya, ia bertanya kepada teman Ravin yang ada didekatnya. "Jang merah gak?" tanya Edel sambil menunjuk pipi kirinya yang bekas cubitan Ravin.

"Siapa Jang?" tanya kumpulan cowok yang berada di situ.

"Ujang." jawab Edel dengan tampang polos. Sontak semua yang ada di situ tertawa mendengar jawaban Edel.

"Ngaco." sahut laki-laki yang tadi ditanyai oleh Edel, yang disebutkan nama Ujang.

"Ngaco lo Del, ganti-ganti nama orang." celetuk Petra.

"Atuh gue gak tau namanya kan." kata Edel sambil mengelus-elus pipi kirinya. "Maaf ya Jang. Eh bukan Ujang." kata Edel disertai dengan cengiran. "Udah ah gue mau ke kelas." kata Edel melanjutkan.

Sebelum berjalan meninggalkan gerombolan Ravin Edel memukul punggung Ravin dengan keras. Sontak Ravin langsung meringis memegang punggung bekas pukulan Edel yang disertai dengan umpatan. "Anjing perih banget."

"MAMPUS." teriak Edel sambil tertawa yang sudah berjalan jauh dari Ravin.

Sontak teman-teman Ravin yang memang sedang berada di sana tertawa melihat tingkah Ravin dan Edel.





•••






Pulang ngampus Edel sudah bertekad ingin membeli seblak. Lagi pengen makan yang pedes-pedes sampai nangis. Ngga ngerti lagi deh dengan kerandoman Edel.

"Audi mau ikut gue gak ke warung Seblak?" tanya Edel ketika mata kuliah terakhir telah berakhir.

Warung Seblak merupakan nama tempat yang menjual seblak. Warung Seblak itu tempat nongkrong yang sudah terkenal di daerah sana, apalagi dikalangan mahasiswa dan anak muda. Tempatnya selalu ramai jadi kalau makan di sana harus sabar antrenya dan kebanyakan pembelinya adalah mahasiswa.

We're (Not) Just Friends✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang