Edel terbangun sambil memegangi kepalanya, ia terbangun di dalam kamar yang berbeda dengan kamar kosannya. Mengapa kamar kosannya menjadi lebih besar? Seingatnya Edel tidak memiliki printer, lalu mengapa letak kamar mandinya berbeda dengan letak kamar mandi di kamarnya?
Edel melihat sekeliling kamar. Di samping dirinya terlihat Sharon dan Jesslyn yang masih tertidur. Ia tidur paling pojok. Tidak jauh dari tempat tidur, arah pintu kamar terlihat seseorang tidur di sofa panjang.
Edel mencoba mengingat hal-hal yang terjadi sebelum ia tertidur. Ingatan tersebut berputar seperti kaset yang sedang disetel.
Edel memegangi kepalanya, dengan cepat mencari ponselnya. Ia turun dari tempat tidur mencari tasnya. Ia mengambil ponsel untuk mengecek nomor terakhir yang ia hubungi.
Tertera nama Arion yang terakhir ia hubungi, ada di daftar kontak paling atas. "Anjir gue beneran putusin dia." Edel menjatuhkan dirinya pada sisi tempat tidur. Mengapa dirinya sangat kacau kemarin malam? Bagaimana ia menjelaskan hal ini pada Arion?
Ada ingatan lain yang berputar dalam otak Edel. Setelah begitu jelas Edel menganga tidak percaya dengan apa yang diingatnya sambil mengacak-acak seluruh rambutnya. "Gila gue udah gila."
"Del masuk ke mobil belakang buruan!" suruh Sharon yang ingin membuka pintu mobil bagian belakang agar Edel segera masuk.
"Nggak mau Sha, gue masih mau nonton band yang ada crush lo itu." tolak Edel terus berontak melepaskan diri dari kungkungan Sharon.
"Si anjir, ngapain bego? Lagian udah kelar penampilannya." omel Sharon. "Diam napa lo." Sharon sudah tidak kuat menahan tubuh Edel yang terus berontak.
Edel sekarang sudah lepas dari kungkungan Sharon, ia berniat berlari untuk memasuki klub kembali, tetapi oleh lelaki yang dari tadi menyaksikan tingkah Edel ditahan. "Mau ngapain sih nggak usah macem-macem?"
Edel jadi menghadapkan wajahnya pada laki-laki yang ada di depannya, agak mendongak karena memang tubuh laki-laki di depannya menjulang tinggi. "Lo?" tunjuknya dengan memelototkan matanya. "Gue benci sama lo!"
Laki-laki yang berada di depan Edel bingung, tidak mengerti maksud perkataan Edel. "Benci apaan? Benci bilang cinta maksud lo?" balasnya. "Udah ah nggak usah banyak drama, ayo balik." Laki-laki tersebut menggandeng tangan Edel menuju mobilnya.
"Nggak mau." Edel menghentakkan tangannya yang digandeng. "Lo punya otak nggak?"
"Ya Allah gue dikatain. Ini bocah kenapa sih Jes? Pengen gue toyor rasanya." kata laki-laki tersebut menengok pada Jesslyn bertanya.
"Gue juga nggak tahu, waktu gue ditarik si Shasha nonton band, si Edel nggak ikut. Nah pas gue lihat ke belakang ke arah tempat duduk kita tadi, ini bocah udah nggak ada. Gue sama Shasha panik nyariin Edel nggak ketemu, kan takutnya dia diapa-apain sama orang jahat gitu, makanya gue telepon elo minta tolong ke sini. Gue juga nggak tahu dia minum alkohol, padahal nggak bisa minum begituan." ucap Jesslyn panjang lebar.
Edel meletakkan jarinya di depan mulutnya. "Suttt. Diam Jes. Udah malam jangan berisik."
"Elo yang diam." Jesslyn menunjuk Edel.
"Gue ngantuk cuy, ayo balik. Nanti pagi UAS." ujar Sharon yang berdiri bersandar pada mobil.
Laki-laki di depan Edel meraih tangan Edel kembali. Kali ini Edel tidak berontak, ia malah menarik tangan laki-laki tersebut sehingga tubuhnya berbalik berhadapan dengan Edel. Edel berjinjit, lalu mendekatkan bibirnya pada bibir laki-laki tersebut. Hanya beberapa detik.
"Anjing beneran itu gue nyosor?" tanya Edel pada diri sendiri. Ia menabok bibirnya pelan. "Gue kenapa sih akkhh???!! Akhh malu banget, mau ditaroh di mana muka gue? Mau ngilang aja rasanya." ucap Edel dengan wajah ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're (Not) Just Friends✔
RomanceJangan lupa follow akunku biar kalau aku update cerita makin kelihatan langsung klik deh. Pylaris Fredella atau biasa disapa Fredella yang berarti pembawa kedamaian. Kenyataannya sih boro-boro pembawa kedamaian, kalau ada Fredella itu berisik ditam...