Edel memasuki mobil Ravin tergesa-gesa sampai Ravin yang sedang memilih playlist lagu pada spotify tersentak karena bunyi pintu mobil yang ditutup agak terbanting.
"Ngapain sih kayak habis lihat jurik?"
Edel sedang mengatur napasnya yang terengah-engah. "Ini lebih dari jurik Rav."
"Apaan lo lihat apaan?" Ravin mengunci ponselnya mengabaikan kegiatannya yang tadi sedang memilih lagu.
"Tadi pas gue keluar kafe tiba-tiba Nanda ngomong hati-hati kan apa banget. Hati-hati dari Hongkong? Yang ada jantung gue mencelos dengarnya."
Wajah Ravin berubah masam. "Oh." Ravin melanjutkan kegiatannya membuka ponselnya mencari lagu di spotify.
"Kok respons lo gitu doang?"
Ravin menyalakan lagu dari playlist generasi galau. Asal pilih. "Mau ke mana ini kita?" Ravin mengabaikan pertanyaan Edel.
"Ck, ke angkiringan aja gue lapar belum makan."
"Lah tadi di kafe ngapain? Oh iya flashback zaman SMA ya sekalian flassback mantan."
Edel jadi menaikkan nada suaranya. "Lo kenapa sih? Mabuk rokok? Orang tadi di kafe cuman minum kopi susu pakai brown sugar sama ngemil, nggak ada makanan beratnya."
"Yaudah yaudah, ke arah mana ini kalau mau ke angkringan?" Ravin bertanya sambil memundurkan mobilnya yang ingin keluar dari depan kafe Tamia.
"Lurus."
Ravin sibuk menyetir memerhatikan jalan. Edel diam saja tidak mencoba mengajak Ravin berbicara. Edel menolehkan kepala memerhatikan wajah Ravin dari samping. Ganteng juga ini orang. Ralat. Ganteng banget ini orang.
Edel mengakui dari awal bertemu Ravin saat ospek universitas, Ravin memang memiliki wajah yang enak dipandang, masuk jajaran orang tampan menurut pandangan Edel.
Seiring berjalannya waktu sampai mereka menjadi teman dekat title wajah tampan seketika hilang dari diri Ravin, tergantikan oleh tingkahnya yang tidak sinkron dengan wajahnya yang selalu membuat Edel naik pitam.
Dengan wajah tampannya Ravin itu makanya cewek-cewek banyak yang suka dengan Ravin, lihat saja dahulu isi kontaknya asrama putri, sekarang tidak tahu masih atau sudah tobat.
Ya kalau belum tobat siap-siap saja bakal Edel hapus semua kontak perempuan yang ada pada ponsel Ravin.
Edel rasanya ingin tertawa, sepertinya Ravin jealous dengan Nanda setelah Edel mengucapkan jantungnya mencelos saat Nanda mengatakan hati-hati pada dirinya.
Edel tertawa kecil membuat Ravin menolehkan kepalanya ke samping sebentar, sebelum memandang depan kembali. "Mabuk kopi lo?"
"Enggak. Lucu aja ngelihat lo jealous?"
Ravin mendelik. "Siapa yang lo bilang jealous?
"Ya elo lah pake nanya lagi."
Ravin mendengkus. "Ya lagian digituin doang ambyar."
"Enggak elah, orang gue kaget aja tiba-tiba dia ngomong gitu. Lagian ngapain sih bahas masa lalu, mending bahas masa depan kita aja."
Ravin tiba-tiba tersedak. "Beneran mabuk ini orang."
"Digituin doang ambyar."
•••
Mobil Ravin memasuki angkringan, memarkirkan mobilnya setelah dibantu tukang parkir.
"Rame juga Del." ucap Ravin ketika turun dari mobil melihat tempat angkringannya ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're (Not) Just Friends✔
RomanceJangan lupa follow akunku biar kalau aku update cerita makin kelihatan langsung klik deh. Pylaris Fredella atau biasa disapa Fredella yang berarti pembawa kedamaian. Kenyataannya sih boro-boro pembawa kedamaian, kalau ada Fredella itu berisik ditam...