•37• Pecel Ayam

575 43 12
                                    

Edel tidak jadi menaiki injakan motor Reno. Edel langsung membalikkan tubuhnya ke arah belakang pada sumber suara tersebut.

Terlihat Ravin berdiri di depan mobil yang terparkir di belakang dirinya. "Sini Del." perintah Ravin agar Edel mendekat.

Edel langsung berjalan ke belakang menghampiri Ravin.

Reno yang melihat hal tersebut tidak tinggal diam. Ia ikut turun dari motor mengikuti Edel.

Ravin langsung menarik tangan Edel menyembunyikan di belakang dirinya. "Mau lo apa sih? Masih aja ngangguin Edel. Udah ditolak juga." ucap Ravin dengan suara yang lantang.

"Nggak usah ikut campur lo. Ini gue lagi usaha." balas Reno tak kalah lantang.

"Gue berhak lah ikut campur, gue sahabatnya Edel, gue juga tahu sikap lo selama ini bikin Edel risih. Nggak sadar diri lo." kata Ravin tak mau kalah. "Usaha mah buka ruko sono lo bukan gangguin Edel." lanjutnya.

Reno menatap Ravin tidak suka sambil mencibir. "Elah sahabat doang, bukan emak bapaknya. Lo nggak berhak larang-larang gue lah."

Ravin jadi mengeratkan pegangannya pada tangan Edel membuat Edel sedikit meringis. "Emang susah ngomong sama orang batu nggak ada otak."

Reno jadi naik pitam mendengar ucapan Ravin.

Sebelum Reno membalas ucapan Ravin sudah didahului oleh Ravin. "Nggak usah ganggu Edel lagi! Gue selama ini diam ya. Awas lo kalau begini lagi nggak bakal gue kasih ampun!" peringat Ravin sebelum memasuki mobilnya. Ravin membukakan pintu mobil untuk Edel.

Edel bingung ingin merespon apa? Ia bergantian melihat Ravin dan Reno. Edel yang disuruh Ravin untuk memasuki mobilnya menurut. Edel tidak sempat mengatakan sepatah kata pun kepada Reno.

Mobil Ravin segera meninggalkan kawasan kampus, menuju gerbang kampus.

"Anjing Ravin." umpat Reno yang melihat mobil Ravin semakin menjauh dari pandangannya.







•••







"Diapain lo sama si Bangsul?" tanya Ravin saat mereka sudah di dalam mobil.

"Ditarik doang tangan gue. Nggak sampai neko-neko."

Ravin jadi mengembuskan napas pelan. "Syukur deh kalau lo nggak diapa-apain. Gila tadi gue keren banget nggak sih? Nggak nyangka gue bisa ngomong gitu ke kating lo."

Edel jadi melirik sebal. "Lagian lo gue chat sama gue telpon nggak ada balasan. Ke mana lo? Terus kenapa bawa mobil? Tumben amat dah."

"Maaf tadi gue tuh emang nggak ngecek hp. Gue mau jemput Talitha, eh pas gue nyampe fakultas orangnya nggak ada, pas gue buka hp katanya lagi ke toko buku sama katingnya terus gue lihat ada chat dari lo. Gue tadi ke fakultas nyari lo tapi udah sepi yaudah gue lanjut ke gerbang dan ngelihat elo ini." papar Ravin. "Udah mau hujan ini makanya gue pakai mobil, kalau gue pakai motor bakal kehujanan."

Tidak lama Ravin mengucapkan kata hujan, air menetes dari atas secara perlahan, semakin lama air tersebut menetes menjadi cepat dan banyak.

"Hujan." ucap Edel spontan saat melihat hujan turun membasahi jalanan dan kaca mobil Ravin.

Terlihat pembersih kaca pada mobil Ravin bergerak ke kanan dan kiri.

Edel mengarahkan pandangannya ke samping. "Lo mau ke mana Rav?"

Ravin jadi menengok ke arah Edel sebentar sebelum menatap ke depan, ke arah jalan raya. "Nggak ke mana-mana sih, paling ke kostan setelah ngantar lo. Emang kenapa?"

We're (Not) Just Friends✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang