•8• Jemputan

942 68 8
                                    

Langit telah berubah warna menjadi hitam gelap yang menandakan hari sudah malam.

Edel serta teman-temannya masih di kampus karena ada rapat dari sore.

Fakultas Edel, yaitu FISIP akan mengadakan acara tahunan, yang setiap tahun selalu ada acara ini. Rangkaian acaranya banyak tetapi puncak acaranya adalah acara musik yang selalu digemari oleh seluruh mahasiswa. Makanya di sinilah Edel untuk membahas perihal acara tersebut.

Muka sudah kucel, perut lapar, kangen kasur. Beginilah visualisasi orang-orang yang ikut rapat kali ini. Ya tapi namanya juga kewajiban mau tidak mau harus dilakukan, sudah masuk dalam organisasi harus berkontribusi.

Setelah membahas seluruh tetek bengek dari a sampai z akhirnya kelar juga ini rapat, hal ini pun langsung disambut dengan wajah semringah oleh peserta rapat, begitu pun Edel langsung meluruskan otot-ototnya yang terasa pegal.

Edel berjalan keluar ruang rapat sambil membuka ponselnya berniat menelpon seseorang untuk meminta menjemputnya. Masalahnya udah malam bro, terus kalau naik ojek online males harus keluar uang haha, niatnya juga mau mampir beli makanan sekalian.

Bunyi nada sambung  terdengar diujung telpon setelah Edel menekan tombol panggil.

"Halo." suara yang pertama kali terdengar oleh si penerima telepon.

"Jemput gue lah di kampus." balas Edel to the point.

"Idih males banget gue. Emang gue sopir lo." ujar orang tersebut.

"Oh lo gitu ya Rav. Oke fine." Edel sambil ngedumel kepada Ravin. Si Ravinnya mah malah cengengesan.

"Del duluan ya." ucap teman-teman Edel yang tadi mengikuti rapat bersama Edel. Edel pun membalas ucapan teman-temannya tersebut.

Si penerima telepon mendengar suara orang-orang tersebut di ujung telepon.

"Udah gak usah. Gak jadi." lanjut Edel dengan nada ketus.

"Iya bentarrrrrr." jawab bentarnya panjang. "Tungguin gue di depan ruang rapatnya, jangan ke mana-mana." perintah Ravin kepada Edel.

Setelah Edel menjawab, sambungan telepon segera dimatikan. Ravin siap-siap menjemput Edel di kampus.

Edel itu memang sangat mengandalkan Ravin dalam urusan-urusan seperti ini. Edel sama Ravin itu memang dekat banget semenjak kejadian ospek itu, jadi apa-apa akan minta tolong Ravin. Ya kalau punya temen macem Ravin harus dimanfaatkan lah. Lain lagi kalau dengan Jesslyn dan Audi, ini mah bukan job mereka. Nanti ada lagi bagian mereka mah.





•••





Edel sedang duduk di bangku depan dengan kepala menunduk sambil memainkan ponselnya. Untung ini tempat tidak sepi-sepi amat, masih ada beberapa orang yang tersisa di ruang rapat, tidak tahu lagi ngapain, Edel gak ngurusin. Coba bayangkan kalau tempat ini sepi mungkin Edel sudah ketakutan di kampus sendirian, mana gelap lagi.

Selang beberapa menit orang yang ditunggu-tunggu Edel datang dan langsung memberikan ledekan kepada Edel. "Kucel amat itu muka." komentar Ravin begitu Edel berada tepat di hadapannya.

Memang wajah Edel terlihat lelah, kek habis nge-rodi, romusha.

"Bacot." balas Edel yang langsung naik ke jok belakang motor Ravin.

"Langsung balik?" tanya Ravin setelah menjalankan motornya.

"Gak. Mampir dulu lah beli makan gue belum makan." jawab Edel sambil meletakkan totebagnya di bagian tengah jok motor antara dirinya dan Ravin.

We're (Not) Just Friends✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang