2. Bertemu kembali

2.9K 177 12
                                    

Jam 9 malam.
Alya menghembuskan napasnya lelah.
Seharian ini, begitu banyak pasien yang datang. Disebabkan oleh, kecelakaan beruntun di tol daerah rumah sakitnya.

Semua pasien luka-luka dibawa ke RS ini.
Alya memegang perutnya yang kelaparan.
Lalu, merogoh saku jas dokternya.

Alya tersenyum mendapati sosis yang selalu ia sediakan dimanapun ia berada.

Lumayan, mengganjal lapar. Sampai ia masuk ke ruangannya.

Sudah seminggu, Alya magang di Rumah Sakit besar milik keluarganya.

ROB City Hospital kini benar-benar terkenal. Dulu, rumah sakit ini sempat hampir ditutup namun karena suntikan saham dari Gordano Corp, rumah sakit yang menjadi dasar awal kekayaan Robberts Company ini tidak jadi bangkrut.

Namun gantinya, 5 rumah sakit ROB City yang tersebar di seluruh Indonesia itu menjadi milik Gordano's.

Intinya, Rumah sakit besar ini adalah satu-satunya masa depan Alya yang bisa ditinggalkan oleh orangtuanya.

Sebenarnya, orangtua Alya bersyukur karena Alya bercita-cita menjadi seorang dokter. Setidaknya, penerus mereka memiliki andil dalam bidang medis di RS ini.

"Dokter.."

Alya menoleh kala melihat seorang anak kecil yang berumur belasan tahun itu seakan memanggil dirinya.

Alya menoleh ke belakang dan tak ada orang.
Ah ya, ia tersadar kala melihat jas putih yang ia kenakan.

Meski belum resmi menjadi seorang dokter, namun ada kebanggaan tersendiri kala orang memanggilnya 'dokter'.

The power of name, right?

"Ya, ada yang bisa dibantu, dik?"
Sapa ramah Alya sambil membungkuk menyamakan tingginya dengan anak itu.

"Dokter, bisa bantu ibuku? Sepertinya infusnya macet."

Alya mengangguk dan mengikuti anak itu menuju ruangan ibunya.

Alya membenarkan infus ibu anak itu dan sekalian menyelimuti ibunya yang sedang tertidur.

"Kamu sendirian?"

Anak itu mengangguk sambil memeluk boneka nya.

"Kamu bisa jaga sendiri malam ini?"

"Tak ada lagi yang bisa jaga ibu, dok."

Alya mengkerutkan keningnya.

"Bapak lagi kerja buat bayar rumah sakit ibu. Jadi, aku disini gantian jaga ibu."

"Wah, hebat. Kamu besok sekolah?"

Anak itu menggeleng. "Libur."

Alya tersenyum pada bocah cantik itu. Terlihat dewasa meski masih kecil. Tidak seperti dirinya yang masih kekanakkan meski sudah besar.

"Baiklah. Jika kau memerlukan sesuatu, pencet saja bel ini. Suster akan datang menemuimu. Jadi, kamu ga usah pergi kemana-mana."

"Oh, jadi ini bel pemanggil ya.."

Alya mengangguk.

"Baiklah. Terima kasih, dokter cantik."

Alya tersenyum sambil mengelus puncak kepala sang gadis.
"Siapa namamu?"

"Ollie."

"Oke. Sama-sama, Ollie. Jaga ibumu baik-baik ya."

Anak itu mengangguk.

Alya berjalan melewati lorong menuju ruang meja para perawat yang terletak di tengah dari ruang rawat para pasien.

"Malam, dokter Natalya."

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang