16. Sometimes I Run

2K 150 8
                                    

Alya menarik napasnya merasakan kegugupannya yang terasa menyesakan dadanya.

Bukan karena aura petinggi pejabat pemegang saham ROB Hospital, tetapi kegugupannya lebih didominasi karena kehadiran Tania dan Mamahnya.

Kenapa? Karena Alya sadar dirinya hanya anak hasil dari hubungan gelap kedua orangtuanya. Hal itu sangat menekan ketenangan batinnya.

Mencoba tetap menjaga harga diri, Alya pun memalingkan wajahnya dan menatap Sean yang baru saja datang bersama dengan assistennya, Willy.

Sean menatap Alya, mereka saling bertatapan sebentar mengundang raut kekesalan pada Donita yang menyadari tatapan itu.
Sedangkan Tania, dia hanya melihat Sean sebentar lalu tidak terlalu memperhatikan mereka.

"Terima kasih untuk kehadirannya dan Mr. Lorent, selaku ahli hukum keluarga Robberts akan masuk ruangan ini sebentar lagi." Ucap Sean lalu ia duduk di kursi kosong yang tersisa, yaitu disamping Alya.

Tania dan Donita bersebrangan dengan Alya dan Sean.

Lalu, seorang pria dengan tubuh berisi dan kumis tipis menghiasi wajah berumurnya itu pun masuk bersama beberapa rekan satu timnya.

"Selamat Siang, perkenalkan saya adalah Lorent, ahli hukum dan pewarisan keluarga Robberts. Saya turut berduka atas kepergian beliau yang begitu mendadak setelah kecelakaan yang pernah beliau alami. Surat wasiat ini telah dibuat jauh-jauh hari dan selalu diperlengkapi oleh beliau mengikuti perkembangan jumlah saham atau berkurangnya saham keluarga Robberts."

Jemari Alya mengepal erat saat ingatan kecelakaan itu muncul dalam kepalanya. Alya melihat kecelakaan itu tepat didepan matanya. Dan jika mengingat itu, suhu tubuh Alya akan meningkat dan saraf tubuhnya akan menegang tiba-tiba.

Tetapi, Alya mencoba menetralisir perasaannya. Ia mencoba membuang ingatan itu kali ini, karena disini begitu banyak orang.

Ia harus bisa mengendalikan perasaannya.
Sean memang tidak melihatnya, namun Tania melihat itu semua.
Alya seakan menahan rasa sakit dan terlihat aneh.

"Untuk mempersingkat waktu, saya akan membahas saham perusahaan secara detail dengan Mr. Sean Gordano juga nama-nama perusahaan yang akan saya sebutkan terakhir untuk meeting selanjutnya."

"... Harap diingat, pihak ke-1 disini adalah berbicara atas nama Tania dan keluarga pertama beliau. Sedangkan pihak ke-2, yaitu Natalya dan keluarga kedua beliau yang sampai terakhir kali ada disamping beliau."
Tambah Lorent, lalu pria itu membuka berkas dan mulai membacanya.

Alya menarik napasnya, ia berhasil mengontrol dirinya. Meski sulit, tetapi ia tidak ingin merusak moment ini. Semua mata akan memandang padanya. Dan, sakit Alya tidaklah separah itu. Ia hanya trauma. Itu saja.

Sean menoleh kearahnya sambil tersenyum. Alya membalas senyum itu sambil berdeham dan meminum air putih dimeja.

"Mr. Robberts akan memberikan wewenang perusahaan ini kepada pihak ke-1. Mengingat putri pertamanya dengan serius berkuliah diluar negeri dan berjuang disana dengan beasiswa tanpa bantuan Mr. Robberts. Beliau bangga pada putri pertamanya karena kegigihan dan kecerdasan mendalami bidang kedokteran."

Jujur, dalam hati ia merasa kecewa.
Alya pun berjuang seorang diri dalam hal ia menggeluti jurusan kedokteran ini. Ia melalui ini semua seorang diri. Bahkan sosok Mama pun tidak benar-benar ada dalam kehidupannya. Mamanya selalu fokus pada RS dan keadaan Papanya.

Tania selalu didampingi Mamahnya yang selalu ada untuk dirinya.

Alya menghela napas. Meski ada rasa kecewa, tapi ia yakin Papanya selalu tahu keputusan yang terbaik. Alya akan menghargai itu.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang