53. Extra Part : The Little Gordano's

3.2K 203 68
                                    

Alya menghentikan kegiatan menguncir kuda rambutnya kala merasakan perutnya mulas.

Ia menoleh mendapati Luna masih tertidur nyenyak. Well, jam masih menunjukkan angka 6 pagi. Ia yakin, Sean juga masih sibuk berkelana di pulau mimpinya.

Sejak jam 2 tadi ia tidak bisa tidur karena mulasnya perutnya. Setelah aktifitas intimnya bersama sang suami, Alya hanya tertidur sebentar. Matanya sulit terpejam memikirkan semua yang telah terjadi pada dirinya.

Terlalu banyak, sehingga ia mengalami mulas-mulas aneh yang membuatnya hingga lelah sendiri bulak-balik kamar mandi.

Subuh tadi, ia memutuskan untuk tidur di kamar Luna. Bukannya tidur, Alya malah sibuk melihat-lihat mainan Luna dan merapikan baju-baju Luna di lemari.

Sudah terlalu banyak hal yang ia lewatkan. Alya ingin menjadi sosok ibu yang terbaik bagi Luna. Ia harus tahu segala hal tentang Luna. Apa yang tidak disukai atau sangat disukai putri kecilnya itu.

Sean memang membantunya. Pria itu tidak membiarkan Alya mendekati Luna seorang diri. Dan Alya sedikit lega jika harapannya semua akan lancar.

Setelah 10 menit di kamar mandi, Alya pun memutuskan untuk menyiapkan sarapan keluarga kecilnya.

Alya melihat Sila yang tersenyum menyapanya. Ia sedang mengelap meja makan ditemani salah satu pelayan.

"Selamat pagi, Nona Alya."

"Selamat pagi."

"Untuk sarapan, apa Nona ada request tertentu? Kami sedang akan menyiapkan Bubur Abalone untuk Tuan, Nona Alya dan Nona Tania."

Alya mengkerutkan dahinya. "Tania akan datang?"

Sila mengangguk. "Biasanya, Nona Tania akan datang sebelum berangkat ke RS untuk menengok Luna sekaligus menyuapi sarapan."

Alya bersidekap tidak suka. "But, did you remember that i was here?"

Sila menunduk. "Maaf, Nona. Tapi, Nona Tania sendiri yang memberitahu kalau pagi ini dia akan mampir."

Alya hanya bisa menghela napas kesal. Ia tidak bisa menyalahkan siapapun atas hal ini. Meski rasa tidak suka mulai memuncak, ia mencoba tenang. Ia tidak ingin malah membenci saudari tirinya sendiri karena hal seperti ini. Ia harus lebih dewasa.

Ini adalah konsekuensi 3 tahun meninggalkan Sean dan Luna. Tapi, apa ini semua Alya yang mau? Tidak!
Ia menyayangkan kecelakaan yang terjadi padanya dulu.
3 tahun adalah waktu yang cukup untuk merebut segalanya. Terlebih bagi seorang Tania yang notabene nya adalah gadis yang Sean suka dan Sean puja.

Ahhhhh!!!
Memikirkan itu malah membuat emosinya memuncak. Ia kembali menatap Sila.

"Alya mau sarapan Alya dan Luna diantar kekamar Luna secepatnya."

"Non Luna sudah bangun?"

"Entah. Tapi, Alya yang akan menyuapinya."

Tanpa banyak tanya, Sila mengangguk dan menyiapkan sarapan majikannya. Sedangkan Alya hanya bisa bersidekap dan menunggu di kamar anaknya.

--------

Dengan masih memakai boxer tidur, Sean mengambil piyama tidurnya dan mengikat talinya mengitari pinggangnya. Ia malas memakai baju, lagipula pasti diruang makan hanya ada istrinya. Sila tidak akan berani memunculkan wajahnya jika melihat dirinya sedang seperti ini.

Matanya menyipit aneh saat melihat sosok yang bukan Alya yang ada di meja makan itu melainkan Tania.

"Masa sih? Kamu yakin Luna udah bangun jam segini? Biasanya aku yang bangunin."
Suara Tania terdengar jelas.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang