13. That was Allen

2.2K 169 13
                                    

"Willy, apa sudah ada hasil penyelidikan yang aku minta?"

Willy melirik majikan sekaligus teman dekatnya itu dari kaca spion dalam mobil.
"Belum semua. Aku masih meminta anak buahku untuk mencari bukti lain mengenai gambar tattoo itu. Sangat sulit mencari yang sesuai dengan apa yang digambarkan Alya."

"Kau bilang, ada mantan kelompok bandit yang anak buahmu pergok sedang mengamati Alya kemarin. Bagaimana kemajuannya?"

"Dia masih tidak mau bicara. Aku sedang mencari info tentangnya agar bisa dijadikan ancaman."

"Berarti, feelingku benar. Apa menaruh anak buahmu disekitar Alya akan menaruh curiga?"
Tanya Sean.

"Alya bahkan tidak menyadarinya hingga sekarang. Apartment selalu dalam keadaan siaga. Dan mengenai mobil Alya waktu itu.."

"Ada apa? Tidak ada masalah kan? Kudengar dia memanggil pihak bengkel."

Willy mengangguk. "Sepertinya, Alya juga tidaklah bodoh jika tentang berjaga-jaga. Dia lebih memilih pulang dengan taksi saat itu, mungkin dia khawatir jika mobilnya sudah diganggu."

"Jadi, mobil itu memang sempat dikerjai?"

"Ya."

Rahang Sean mengeras. Ia tidak menyangka jika ada yang berbuat senekat itu. Pasti orang itu bukanlah orang biasa dan sudah lama mengamati Alya.

Ia hanya perlu mencari siapa dalang dibalik semua ini. Namun, kaki tangan mereka begitu licin seakan tahu jika Alya dilindungi oleh sesuatu yang lebih kuat. Mereka bermain lembut dan secara sembunyi.

Sean melihat pesan masuk yang muncul di hp yang ia genggam.

From : Tania Robberts

Kamu udah dijalan pulang kan?
Bisa ke Rumah Sakit sebentar?
Ada yang ingin kubicarakan.

"Jadi, kita ke kantor atau ke mansion? Mr. Gordano ingin membicarakan banyak hal mengenai perjanjian pernikahan itu."
Tanya Willy.

"Kita ke Rumah Sakit dulu."

-------

Sean melihat Tania yang sepertinya baru saja keluar dari lorong ingin ke arah Kantin.
Tania melambai kearah Sean, dan Sean menghampiri gadis ber jas dokter itu.

Mereka berdiri di pojok pertigaan lorong arah ke Kantin. Tidak terlalu tertutup, namun jarang ada yang lewat kecuali orang yang keluar masuk ingin ke arah toilet.

"Kamu udah makan?"
Tanya Tania.

"Belum."

"Mau makan bareng?"

"Enggak dulu, deh. Aku ada janji soalnya. Kamu mau ngomong apa?"

"Mamah bilang, kamu gak perlu repot mengenai pernikahan kita. Kita tinggal terima jadi aja. Semuanya Mamah yang urus. Berhubung jam praktek aku juga padet, gapapa kan kita serahin ke Mamah?"

"Emang secepet itu? Daddy belum bilang apa-apa soalnya."

"Hhmmm, mungkin Uncle bakal bilang pas kamu sampe rumah. Aku tahu Uncle lagi dirumah kamu sekarang dan mungkin 3 hari lagi bakal terbang ke Jerman."

Sean mengangguk mengiyakan perkataan Tania. Well, Tania sangatlah update mengenai keberadaan Daddy-nya. Mungkin, ini semacam kode agar dirinya diajak menemui Daddy-nya secara resmi berdua dengannya?

"Bagaimana dengan Alya?"

Sean mendongak kala Tania menyebut nama Alya. Well, sekarang mereka sudah tahu pasti jika Alya dan Tania bersaudara.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang