21. No Name

2K 162 39
                                    

Jangan lupa, soundtrack nya didengerin yak.
Lagu spesial dari author disetiap part, agar bisa mendalami ceritanya. 😉😊

-----
Happy reading
-----

Ccciiiiiiitttttttttt.....

Alya yang sedang mengemudi sambil menangis pun terkejut saat melihat sebuah mobil hitam menghadang jalannya di jalanan besar tak jauh dari apartmentnya itu. Alya mengerem mobilnya mendadak hingga mobilnya benar-benar berhenti. Ia berada di jalanan kompleks  menuju apartmentnya yang ia gunakan sebagai jalan penghindar kemacetan Jakarta.

Jalanannya memang lumayan gelap, sehingga Alya tidak tahu siapa yang menghadang mobilnya itu. Sampai ia tahu siapa yang melakukan ini ketika sang pengemudi keluar dan berjalan kearah mobilnya, lalu mengetuk pintu kaca mobilnya sambil memanggil namanya.

Sial!!
Alya menunduk dan mengambil banyak tissue untuk membereskan wajahnya yang sedang tidak karuan.

"Alya! Buka pintunya!"
Suara Sean yang memerintah sambil mengetuk kaca pintu mobilnya, membuat Alya tergugup. Ia mengelap wajahnya dengan tissue dengan menunduk. Lalu, ia mengambil maskernya kembali setelah menghapus airmatanya di sekitar kelopak matanya.

Well, ia tidak menyangka jika Sean akan mengejarnya hingga seperti ini.

Setelah yakin sudah beres, Alya membuka pintu mobilnya dan keluar dari mobilnya.
"Ada apa, Kak Sean Gordano? Kakak tahu kan yang Kakak lakukan itu berbahaya?!"

Tiba-tiba, Sean memeluknya dengan erat.
Lalu, Sean meminta maaf dengan suara seraknya.

"Please, Kakak gak bisa diginiin terus sama kamu. Jangan tinggalin Kakak kaya gitu lagi. I can't handle it, anymore."

Alya tertegun bingung akan perkataan Sean.
"K-Kak Sean..."

"Al, kamu boleh marah sama Kakak, tapi jangan kayak gini. Kita harus bicara baik-baik. Please, beri Kakak kesempatan buat jelasin semuanya sama kamu. Mungkin, tindakan Kakak membuat kamu banyak berpikir yang tidak-tidak tentang Kakak. Kakak cuma minta kamu percaya sama Kakak."

"Please, gimme one more chance."
Tambah Sean.

Hati Alya benar-benar tersentuh.
Sedari tadi, pelukan inilah yang ia nantikan.
Rasanya, tubuhnya kembali menghangat.

Alya sadar penglihatannya mulai meremang. Ia merasakan cairan itu mengalir lagi keluar dari hidungnya. Alya sudah mencapai batasannya.

Alya tersenyum.
Bahkan, disaat ia sudah mencapai batasnya seperti ini, kali ini ia berada di pelukan Sean.

Tidak seperti dulu, dimana ia benar-benar berjuang sendirian dan sakit sendirian.

Kini, disampingnya ada seseorang yang bisa ia jadikan sandaran.
Alya memegang erat pinggiran jas pria itu.

"Kak.." Panggil Alya, posisi mereka masih berpelukan. Sean memeluk Alya dengan erat untuk melampiaskan rasa rindunya.

"Hhhmmm?"

"Aku pulang sama Kakak ya?" Tanya Alya meminta ijin pada Sean.

Sean mengkerutkan keningnya bingung. Namun, ia mengiyakan karena ia pikir, Alya ingin berbicara di rumahnya.

"Iya, Sayang." Jawab Sean sambil mengelus rambut kepala Alya dengan sayang. Ia merindukan gadisnya ini, sangat.

Alya tersenyum lega. Ia mempercayai Sean sepenuhnya.
Genggaman tangan Alya di pinggiran jas formal Sean pun terlepas.

Lututnya melemas dan Alya terjatuh tidak sadarkan diri membuat Sean terkejut setengah mati saat tiba-tiba tubuh Alya meluruh ke bawah.

Sean ikut berlutut hingga ke aspal membawa Alya ke dalam pelukannya agar gadis itu tidak terjatuh dengan kasar.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang