40. Please, Jangan benci Alya

1.7K 141 63
                                    

Hari ini akan menjadi hari Minggu yang panjang.

Kenapa? Karena ia tidak sengaja membuat sang istri mengamuk.
Poor Sean!
Karena wanita sekretaris yang bahkan tidak ia kenal itu, ia tidak mendapat sambutan saat sampai rumah.

Suara pintu kamar mandi terbuka. Keluarlah Alya yang sudah memakai dress berwarna cream yang membentuk lekukan tubuh dan perut buncitnya.
Entah kenapa, Sean merasakan aura kecantikan Alya lebih bersinar dari biasanya. Apa Alya sengaja memakai baju sexy begitu untuk meledeknya?

Saat mata mereka bertemu, Alya dengan sewot memutar bola matanya sambil terus menggosokkan handuk ke rambut basahnya.

Sean menggeram kesal sambil membalikkan tubuhnya di atas ranjang menenggelamkan wajahnya ke bantal.

Suara hairdryer menyala. Sementara Alya sibuk bersiap-siap. Dan Sean hanya masih bermuka bantal tanpa kaos di tubuhnya. Hanya celana boxer yang menemaninya tidur.

"Tumben dandan." Sean masih memperhatikan gerak-geriknya. Kepalanya ia condongkan agar bisa melihat Alya di dalam closet yang terbuka lebar.

Tak ada jawaban dari Alya.

Namun, seketika Sean bangkit berdiri dan menghampiri Alya kala istrinya itu mengambil tas kecilnya.

"Yang, kamu mau kemana?"
Tanya Sean menghalangi langkah Alya yang hendak keluar.

"Ya mau pergilah."

"Kok gak ngasih tau?"

"Ngapain? Nanti juga dikasih tau."

"Kok kamu gitu?"

"Loh, kan Kakak juga gitu."

Sean memegang tangan Alya. "Kan Kakak udah minta maaf. Kakak mah gak niat buat gak ngasih tau."

"Alya juga gak niat. Gak niat buat gak ngasih tau, Alya bakal kasih tau juga kok nanti." Cibir Alya kesal.

Sean melongo. "Sama aja atuh."

"Bodo." Alya bersidekap.

"Sekarang, minggir." Perintah Alya.

Sean menggelengkan kepalanya. "Kasih tau dulu mau kemana. Kakak ikut."

Alya menaikkan sebelah bibirnya dengan kesewotan tingkat tinggi. "Gak ngajak!"

Alya berhasil mendorong Sean dan ia melangkah menuju pintu.

"Yaudah deh. Kalo gitu, Kakak kerja aja. Kakak mau pergi ke Rob Hospital buat meeting yang bakal di handle Willy hari ini." Tantang Sean sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

Tangan Alya terhenti dan ia menutup kembali pintunya dengan helaan napas berat. Tangannya masih memegang knop pintu tanpa bergerak sedikitpun.

"Meeting sama Tania?" Tanya Alya tanpa membalikkan badan.

"Iya. Mungkin lanjut makan siang bareng."

Amarah Alya membuncah hingga ke awan-awan. Demi apapun, ia kesal pada Sean. Bukannya membujuk, eh malah nambah nyakitin.
Suami sialan!

Alya pun membungkuk sambil meringis memegang perutnya. Alya menangis membuat Sean panik.

Sean berlari menghampiri Alya. "Al? K-kamu beneran?"

Alya semakin kesal mendorong Sean.
Namun, Sean semakin khawatir. Ia pun berlutut sambil mengusap perut Alya.
"Maaf, Kakak gak niat bikin kamu begini. Kita ke RS ya." Ucap Sean dipenuhi rasa bersalah.

"KAKAK JAHAT!! BUKANNYA NENANGIN ALYA, MALAH MAKIN JADI!!! PERGI SANAAAAAA!!"

"Ya Tuhan, Alya. Kakak gak bener-bener mau kesana, kok. Kakak cuman bercanda. Lagian itu biar kamu gak pergi tanpa Kakak."

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang