20. Pelajaran untuk Diri sendiri

2K 157 19
                                    

"Sepertinya keadaan Alya semakin buruk."

Sean yang sedang suntuk dengan banyaknya pekerjaannya pun mendongakkan kepalanya kearah Willy yang memasuki ruangannya tanpa izin. Namun, konsentrasinya langsung teralihkan kala nama Alya disebut.

Willy tahu jika dua minggu ini, Sean tidak bisa diganggu. Pria itu baru saja memenangkan tender besar di Jerman, membuat mereka sempat stay disana selama seminggu. Setelah sampai Jakarta, Sean kembali sibuk dengan pekerjaannya di Gordano's Group and Company.

Sean adalah pewaris GG Company dan juga calon penerus Daddy-nya, meski penobatan resminya belum dilakukan, tetapi ayahnya memang sangat membutuhkannya untuk mengemban nama penerus CEO yang disandangkan.  Terlebih, di Indonesia bisnis perusahaan mereka sangat berkembang pesat.

Sehingga, Gordano memberikan kepercayaan sepenuhnya pada Sean semua saham mereka di Asia. Mr. Gordano sendiri, menangani perkebunan anggur di Italy, dan perusahaan utama di Jerman bersama rekan kepercayaannya.

Pria itu jarang pulang, bahkan hingga selalu tidur di ruang kerjanya membuat Willy sedikit kasihan. Tapi, siapa yang bisa disalahkan?
Jika sedang memiliki pekerjaan bertumpuk, mereka memang akan benar-benar sibuk.

Jika sudah sibuk, Sean akan mengabaikan semuanya. Jadwal diluar pekerjaan pentingnya pun akan ia batalkan. Makan pun harus diatur dan diingatkan oleh Willy. Maka dari itu, keberadaan Willy sangatlah dibutuhkan.

Hanya satu kebiasaan baru Sean yang pria itu selalu lakukan selama ia masuk dunia pekerjaan.
Selelah apapun ia habis bekerja, Sean selalu menyempatkan diri melihat gadisnya.

Meski ia selalu mengamati dari jauh, Sean selalu memperhatikannya dan selalu merasa lega jika gadis itu baik-baik saja.

Hingga ia mendengar kabar dari Willy, jika anak buahnya kecolongan. Ada seseorang yang meneror Alya dengan kotak coklat yang berisi tikus mati. Lalu, ada yang berniat menabrak lari Alya di basement-nya sendiri. Bukankah ini tidak masuk akal?
Sean tahu itu semua memiliki kejanggalan.

Selain memperintahkan anak buah Willy untuk memperketat keamanan di sekitar Alya, Sean juga tetap meng-update penyelidikan yang dilakukan Arnold.

Selain pekerjaannya, Sean hanya akan mengurusi semua yang berbau Alya.
Ia tidak pernah mengabaikan berita sekecil apapun mengenai gadis itu meski ia tahu jika Alya sedang kecewa terhadapnya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?"
Tanya Sean.

"Timku berhasil menyelidiki siapa pengirim kotak itu dan semua sudah diserahkan pada detektif Arnold. Sebelumnya, mereka mencoba mengirimkan terror lagi, tapi kali ini tidak sampai ke tangan Alya."

"Apa yang dikirim?"

"Kali ini, seekor anak ular hidup."

Sean menggebrak meja dengan penuh emosi, Willy dibuat sedikit kaget akan respon bos sekaligus rekannya tersebut.

"Dimana Alya sekarang?"

"Rumah sakit."

"Dia bekerja disaat weekend?"

Willy mengangguk. "Tuntutan residen baru memang begitu adanya."

"Apa ada perkembangan mengenai tattoo itu?"

Lagi-lagi, Willy selalu menggeleng saat Sean menanyakan perihal tattoo dua sayap bertuliskan devils yang pernah disebut Alya tersebut.

"Lalu, apa yang buruk dari keadaannya?" Tanya Sean bingung.

Willy berdeham.
Ia merasa harus bersiaga atas respon Sean saat mendengar berita ini. Mungkin, Sean akan mengabaikan pekerjaan pentingnya jika sudah mendengar ini.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang