Ericka membuka matanya yang terasa berat.
Dengan ringisan akibat sakit kepalanya yang terasa menusuk, ia mencoba menyadarkan dirinya.Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Tapi, ia menerka bahwa ini semua akibat Donita yang menyuntikkan sesuatu itu padanya.
Ia pun menyeret tubuhnya sendiri mendekat ke arah letak dimana ponselnya terjatuh.
Ada sesuatu yang salah dengan dirinya, tubuhnya selalu terasa aneh, ini sangat menyiksa. Dan ia sangat ketakutan jika sesuatu terjadi pada kandungannya.
Tak ada siapapun yang bisa ia mintai tolong.
Ericka tidak ingin Robbert mengetahui hal ini. Karena ia sudah mengatakan jika ia hanya batuk biasa. Robbert pun tidak mengetahui apa yang sudah Donita lakukan padanya. Ericka tidak ingin ada keributan lagi atau ia dan kandungannya yang akan terkena imbasnya.
Baru pertama kali bertemu saja, Donita sudah melakukan sesuatu yang buruk padanya. Apalagi jika bertemu lagi?Akhirnya, Ericka memutuskan menelpon 119. Ia merasa dirinya harus ke RS sekarang.
------------
Dengan tergopoh-gopoh, Robbert berlari sepanjang lorong. Ia sangat khawatir saat mendapat kabar dari tetangga apartmentnya bahwa sempat ada pihak medis mendatangi apartmentnya dan membawa wanita di dalamnya.
Apa yang terjadi?
Ericka bilang, bahwa ia hanya flu biasa.
Lalu, kenapa sampai di jemput tenaga medis?Ia membuka pintu ruangan itu dan melihat Ericka yang baru saja akan duduk di ranjangnya. Ericka menoleh dengan wajah terkejut saat melihat Robbert mengetahui keberadaannya disini.
Padahal, ia berniat pulang setelah beristirahat sebentar lagi.
Robbert menghampiri Ericka dan memeluknya.
"Apa yang terjadi?"Ericka belum pernah diperlakukan seperti ini. Sejak ia menginjakkan kaki di kota besar ini, Ericka selalu berjuang hidup seorang diri. Dan merasakan ada yang mengkhawatirkan dirinya, hatinya merasa hangat.
"Tak ada apa-apa."
"Kau mencoba membohongiku lagi? Setelah kebohongan di telpon tadi, kau ingin membohongi hasil cek doktermu? Apa anak kita baik-baik saja?"
Ericka mengangguk. "Dia baik. Jika kau tak percaya, tanyakan saja pada dokter. Aku bahkan akan pulang sebentar lagi."
Robbert menatap Ericka dengan tatapan tak bisa dimengerti. Ericka tahu, pasti Robbert mencoba mempercayainya meski sulit.
Sebenarnya, Ericka memang sedang berbohong.
Ia tidak mau Robbert meninggalkannya karena gangguan jiwa yang ia alami. Ia juga sudah meminta dokter untuk ikut merahasiakannya.
Ia hanya bisa berdoa, jika kandungannya tidak akan bermasalah karena ia diminta dokter untuk menjaga emosi dan pikiran.Setelah melahirkan, Ericka akan memulai pengobatan sesuai anjuran dokter.
---------(10 Tahun kemudian)---------
3. Alya dan Sean
"Bagaimana pertemuanmu dengan keluarga Gordano?"
Tanya Ericka sambil melepas jas hitam suaminya yang baru saja pulang dari Jerman.Robbert menghela napasnya dan menatap istri keduanya yang telah ia nikahi 10 tahun yang lalu. Kini, mereka tinggal bersama di sebuah mansion besar yang ia beli dari hasil usahanya yang merebak dalam bidang medis. Beberapa cabang RS kecil sudah menyebar di beberapa kota di Indonesia.
Sejak ia menikahi Ericka, ia benar-benar pisah dengan Donita yang meninggalkannya begitu saja. Namun, ia tetap mencari keberadaan anak pertamanya. Ia tetap membiayai anaknya itu dan mengirim uang di rekening Donita dalam jumlah yang banyak. Ia tidak mau jika di masa depan nanti, Donita menuntutnya tidak bertanggung jawab. Demi hidup damainya, ia pun melakukan apa yang harus ia lakukan. Meski Ericka tidak mengetahui hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL
RomanceFollow Author dan kasih Voment ya, kalau berkenan. Hehhee - - - Natalya Robberts, gadis imut yang biasa dipanggil Alya ini selalu dimanja seluruh keluarga sejak kecil. Tak memiliki saudara kandung alias semata wayang, mungkin itulah yang membuatnya...