42. Flashback

1.8K 133 32
                                    

1. Robbert dan Ericka.

"Robbert, sebaiknya kau langsung pulang saja. Kasihan istrimu dirumah seorang diri. Apalagi sekarang sudah berbeda. Kau sudah memiliki seorang putri yang baru lahir. Pasti Donita sedang kerepotan."

Robbert mencebikkan bibirnya sambil menggulung lengan kemejanya hingga ke sikut. Ia menaruh jas kedokterannya digantungan.

"Kau tenang saja. Dia tipikal wanita mandiri yang tidak menyusahkan. Lagipula, dia sendiri yang bilang kalau dia bisa merawatnya dengan tangannya sendiri."

"Tetap saja. Kurasa, sebagai suami kau harus ikut ambil andil meringankan pekerjaan istri."

"Romy, kau pikir pekerjaanku tidak banyak? Aku juga butuh refreshing untuk meringankan stress ku. Kalau aku langsung kerumah, yang ada aku hanya tidur atau terganggu dengan suara bayi itu."
Jawab Robbert seadanya.
Sekretaris andalan itu pun mengikuti tuannya yang berjalan ke arah lift.

"Kau terlihat tidak mencintai istrimu."

"Aku mencintainya. Tapi, setelah aku melihatnya bercumbu dengan seorang pria, aku tidak bisa menghargainya lagi."

"Oh ayolah, Robbert. Itu sudah berlalu. Kau menyimpan kekecewaan itu sampai sekarang? Bukankah terlalu berlebihan jika menyimpan dendam dalam waktu yang lama?"

Robbert menyipitkan matanya.
"Aku tahu. Memang itu terjadi sehari sebelum pernikahan kami. Tapi, kau tahu aku orang yang seperti apa. Jika aku dikecewakan, aku benar-benar akan mendendam. Kau kenal aku lebih dari apapun."

Romy menelan ludahnya dengan kasar. "K-kau tahu siapa pria yang bersama istrimu waktu itu?"

"Entahlah. Aku tidak mau mengingat wajahnya. Melihatnya pun tak sudi."

Tak ada pembicaraan lagi setelah itu, karena Romy terlihat berpikir keras. Bagaimana jika Robbert mengetahui jika pria yang bersama istrinya itu adalah dirinya?

-----------

Ini botol kedua yang berhasil Robbert tenggak dalam kurun waktu sejam.
Matanya hanya memperhatikan lantai dansa yang dipenuhi lautan manusia sedang menari-nari memuaskan diri.

Sepulang bekerja, ia memutuskan pergi ke salah satu klub terkenal di Jakarta. Tempat biasa yang selalu rekannya datangi. Tapi kali ini, ia sendirian. Duduk di bagian sudut meja yang bisa melihat angle lantai dansa dibawah.

Tiba-tiba, seorang wanita yang berumur sekitar 24 atau 25 duduk di sampingnya. Wanita itu mengambil jas besar miliknya dan memakainya secara terburu-buru.

Robbert mengangkat kepalanya dengan mata menyipit. "Am i know you?"

Wajah wanita itu terlihat ketakutan.
"Tolong saya, sekali ini aja." Pintanya sambil merangkul leher Robbert dan memposisikan diri seakan mereka sedang berciuman.

Robberts dapat merasakan nafas hangat sang wanita yang menerpa wajahnya.

Deg!
Jantungnya berdegup kencang.
Apa yang terjadi pada jantungnya?
Dengan berat, Robbert menelan ludahnya.

Wanita itu memejamkan matanya.

"Kau lihat dia dimana?"

"Tidak! Kemana wanita itu? Sialan!"

"Kita cari sampai dapat atau bos bakal minta uang kembali."

Sang wanita pun menjauhkan dirinya dari Robbert kala mendengar suara mereka menjauh.

"Terima kasih. Tapi, apa boleh aku bawa jas ini? Mereka akan mengenaliku dari pakaian ini."
Pinta sang wanita sambil membuka jas itu memperlihatkan pakaian yang ia pakai.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang