51. Semua telah Berubah

2.7K 201 73
                                    

Sean berhambur keluar mobilnya dan berlari menuju mobil putih dengan plat yang ia kenali sebagai mobil Alya.

Bagian kiri belakang mobil itu hancur. Bagian depan menabrak pembatas. Asap dan pecahan kaca masih mengepul.
Satu mobil truk berwarna kuning pun tak terselamatkan dibagian depannya. Sepertinya, mobil Alya telah di tabrak dari belakang dengan kecepatan lumayan.

Situasi masih terlihat ramai dengan beberapa polisi dan petugas tol.

"Sean!"

Sean tidak mendengar suara Willy yang memanggilnya, ternyata pria itu langsung menyusulnya setelah Sean kabari kemana dirinya pergi dan apa yang telah terjadi. Sean menerobos jalur kuning polisi dan melihat banyak darah di sekitar mobil Alya. Belum lagi ada banyak darah di kursi kemudi yang ia tahu dengan pasti Alya pasti duduk disana.

Kepala Sean terasa berdenyut kencang. Jantungnya berdetak sangat cepat.
Yang ia pikirkan adalah dimana Alya.

"Permisi, Pak. Anda tidak boleh mendekat."
Salah satu polisi menghadang Sean.

Sean mencengkram kerah sang polisi dengan kesal dan penuh amarah.
"Dimana istriku yang mengemudikan mobil ini?!" Teriak Sean.

Polisi itu tertegun melihat airmata yang keluar begitu saja dari kedua mata Sean.

Willy menghampiri mereka dan mencoba melepaskan cengkraman tangan Sean pada kerah baju aparat tersebut.
"Stop it, Sean!"

Sean terus menatap polisi itu dan mencoba melepaskan diri dari kungkungan Willy yang menahannya.

Polisi itu menunduk dengan wajah suram.
"Maafkan kami, pak. Kami sudah mencoba memberikan pertolongan yang terbaik. Korban sudah dibawa ke Central Medical Centre terdekat."

Demi apapun, Sean ingin mati mendengar ucapan polisi yang terdengar tidak jelas itu. Jadi, maksudnya apa?

Tidak!
Alya-nya pasti selamat.
Alya-nya tidak selemah itu.
Alya-nya adalah wanita yang baik dan penyayang.
Meskipun begitu, itu tidak mungkin membuat Tuhan lebih sayang padanya, kan?

Tidak!
Sean masih membutuhkan Alya.
Sean masih ingin melihat senyum Alya, merasakan sifat manja Alya, mata indah Alya saat sedang merajuk ataupun menangis.
Suara Alya saat memanggilnya 'Kakak'.
Tidak!

Sean berlari meninggalkan Willy dan membiarkan dirinya menyetir dengan kecepatan tinggi demi menyusul Alya-nya.

-----------

"Dokter bilang penyebab Alya belum siuman karena pengaruh obat dan dehidrasi. Aku bersyukur persalinannya berjalan lancar meski aku tidak sempat menemaninya."

"Baby sedang di inkubator. Semua baik-baik saja, Mom."

Alya mendengar suara pria yang ia kenal adalah Sean, suaminya.

Dengan mata masih terpejam, Ia mencoba mengumpulkan ingatannya di saat detik-detik ia akan melahirkan dengan cara normal.
Dokter bilang, pembukaannya terjadi sangat cepat dan tanpa menunggu lama, persalinan pun dapat dilakukan.
Well, meski ia teringat perkataan suster diakhir kesadarannya yang mengatakan jika dirinya sedang mengalami pendarahan hebat.

Alya ingin sekali membuka kedua matanya. Namun, tidak bisa.
Sekedar berniat menggerakan jemarinya pun, Alya tidak bisa merasakannya. Aneh.

"Semua baik-baik saja, Mom. Bagaimana keadaan Dad?"
Suara Sean kembali terdengar. Alya ingin memanggil pria itu!

"Oke. Aku mengerti. Sampaikan salamku pada Dad dan Adriel. Bye."

Alya merasakan kegelapan kembali menenggelamkannya, dan ia merasa sudah tidak terselamatkan.
Alya ingin bangun!

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang