46. Mimpi buruk atau Pertanda

1.8K 162 76
                                    

Like the flowing wind
Like the stars above the clouds
I want to go far away, I want to shine brightly

- Adriel Manuella.

Alya membuka matanya ketika merasakan keruyukan perutnya.
Ia melihat jam analog di atas nakas masih menunjukkan angka 1. Malam? Sepertinya begitu.

Posisi tidurnya yang menyamping membuatnya mau tidak mau berbalik untuk melihat ke belakang punggungnya.

Dahinya berkerut saat tidak melihat keberadaan Sean yang harusnya mungkin sudah tertidur disampingnya.

Ia memilih bangun untuk mencari keberadaan suaminya.
"Kak Sean?"

Alya memandang seluruh ruangan. Ia bangkit berjalan menuju balkon yang terbuka. Angin malam terasa menusuk hingga ke tulangnya.

"Kak?"

Tak ada siapapun di balkon itu. Alya menutup pintu kaca balkon itu dan menarik gordynnya.
Satu gerakan membuatnya salah tarik. Pinggangnya berbunyi akibat hentakan tangannya yang terlalu kencang saat menutup gordyn itu.

"Aahh.."
Alya memegang pinggangnya.
Ia berjalan pelan ke arah kamar mandi untuk masih mencari Sean.
"Kak Sean?"

Kenapa terasa sunyi seperti ini?
Kemana Sean malam-malam seperti ini?

Alya membuka pintu kamarnya dengan gerakan hati-hati. Ia berjalan keluar kamar dan melangkah menyusuri lorong ke arah dimana suara samar terdengar.

"Dia sama saja sepertimu. Aku menikahinya karena dia mengingatkanku padamu."

Dahi Alya berkerut saat mendengar suara Sean mengatakan itu. Alya memutuskan merapatkan tubuhnya ke tembok untuk menguping pembicaraan suaminya bersama entah siapa.
Suara itu berasal dari ruang santai tak jauh dari kamarnya berada.

"Aku hanya kasihan padanya."

Itu suara Sean lagi!
Siapa yang Sean kasihani?

"Aku mau kau menceraikannya setelah anak itu lahir. Dan menikahiku secepatnya. Aku sudah cukup umur dan terlalu lama menunggumu."

Suara itu?!
Ia seperti merasakan suara itu mirip Adriel!
Adriel saat menyapanya dengan kata 'hai' , saat berpapasan di tangga bersamanya.

"Tenang saja."

WHAT?!
Alya tidak mengerti arti percakapan mereka.
Alya harus berbicara dan menciduk mereka saat ini juga.

Ia memutuskan berjalan kearah suara itu berada. Benar! Ia melihat Adriel dan Sean sedang berpelukan!

Alya menarik bahu Sean dengan keras dan mencoba melepaskan pelukan mesra itu.

"AW!" Teriak Adriel.
Sean terlihat mengkerutkan dahinya menatap Alya tidak suka saat Alya mendorong Adriel dengan kasar.

"Kakak! Apa-apaan Kakak ini? Jelasin ke Alya apa maksud ucapan Kakak!" Kesal Alya menatap Sean dengan penuh emosi.

Sean menarik tangan Alya menjauh dari Adriel.
"Pergi tidur!" Bentak Sean.

Alya menganga. Ia tidak pernah mendapati tatapan mengerikan itu dari Sean. Sean terlihat berubah drastis.

"Biar aku yang urus!" Suara Adriel terdengar.

Alya menoleh mendapati Adriel menghampirinya dan malah mendorongnya.
Kaki Alya terdorong ke belakang yang sialnya itu adalah pijakan pertama tangga. Ia kehilangan keseimbangannya.
Alhasil, Alya terjatuh terguling-guling hingga lantai bawah.

Alya merasakan sekujur tubuhnya sakit dan dingin. Ia memeluk perutnya sambil menganga saat melihat darah disamping tubuhnya.

Alya menangis disela rasa sakitnya yang teramat hebat. "K-kak Se..an.."

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang