5. Terror

2.6K 170 8
                                    

Sambil denger lagunya ya..
Everytime - BritneySpears

Alya membuka kedua matanya dan mendapati dirinya tertidur disebuah ranjang rumah sakit dengan sang ibu yang tertidur di sofa.

Apa yang terjadi?
Setelah mencoba mengingat kecelakaan itu, Alya mengernyit karena kembali merasakan pusing.

Alya memutuskan untuk mencabut infus ditangannya perlahan, dan berjalan keluar dari ruangan setelah mengambil jas dokter yang tersampir di kursi. Sepertinya, ada rekan dokternya yang menjenguknya saat ia belum siuman tadi.

Samar-samar, ia mendengar suara percakapan dua orang lawan jenis.

"Terima kasih untuk semuanya."
Suara yang Alya kenal sebagai suara Sean terdengar jelas.

Lalu, seorang wanita membalasnya dengan ada sedikit suara tawa.
"Tak perlu sungkan. Apa dia adikmu?"

"Kau tahu adikku ada di Birmingham sekarang."

"Wellaku tahu itu. Maksudku, anak sahabat papamu yang kau anggap adik yang menyusahkan itu?"

"Ya. Itu dia."

"Kau sudah mengatakannya kalau kau sudah bertunangan?"

"Sudah."

"Hasilnya?"

"Entahlah. Tapi aku yakin dia akan menerimanya. Dia hanya membutuhkan waktu."

"Kurasa begitu. Well, untuk sekarang sepertinya kau jangan dulu membebaninya pikiran. Ada semacam trauma yang menurutku dia harus di tangani oleh psikolog karena aku tidak mengerti tentang psikis seseorang."

"Benarkah?"

Alya yang sedari tadi menguping sudah tidak tahan lagi. Dia membuka pintu kamar ruangannya ingin melihat siapa dokter wanita yang menanganinya tadi tanpa suara.

Dan ya, mereka tidak ada yang menyadari jika sang pasien sedang mendengarkan.

"Itu hanya prasangka saja. Aku hanya menyarankan. Dan, katakan juga lebih baik dia jangan dulu bekerja. Setidaknya beristirahat sehari. Sistem imunnya sedang berada dibawah standar."

Sean terdiam.

Dan, wanita itu berkata lagi, "Huh, seharusnya ia tahu bagaimana menjaga kesehatannya sendiri. Bukankah dia seorang dokter juga? Tapi memang ada benarnya juga pepatah mengatakan seorang dokterpun tidak akan bisa mengobati dirinya sendiri. Kuharap dia mengingat itu."

"Sekali lagi, terima kasih untuk bantuannya."

"Tak perlu sungkan. Aku senang akhirnya aku bisa praktek dirumah sakit besar ini. Senang bisa kembali ke Indonesia setelah berjuang di Jerman seorang diri."
Wanita itu menyenggol bahu Sean membuat Sean tersenyum.

Lalu, wanita itu pergi begitu saja.

Alya mengepalkan tangannya keras.
Apa ia memang dianggap hanya seorang anak yang menyusahkan?
Apa Sean memang tidak pernah menyayanginya?

Sean berbalik dan terkejut mendapati Alya yang berdiri didekat pintu menatap kosong ke arah nya.

"Alya?" Sean berjalan menghampiri Alya.

"Hei, kenapa kau melepas infusmu? Kau harus beristirahat didalam. Ayo, masuk."
Ajak Sean namun Alya menepis tangan Sean.

Sean menghembuskan napasnya. "Kenapa?"

"Aku ingin beristirahat diruang Assisten dokter."

"Tapi, tante masih ada didalam bukan?"

"Bilang mama, aku harus kerja nanti pagi. Aku ingin istirahat disana saja." Alya berjalan meninggalkan Sean, namun Sean menarik tangan Alya.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang