18. Broken hearted-Girl

2.2K 149 26
                                    

Dengan perasaan yang tercampur aduk, Alya masuk melewati pintu yang dibuka oleh penjaga berseragam biru muda itu diikuti Sean dibelakangnya.

Airmata lolos begitu saja saat melihat keadaan Ericka yang sedang duduk melamun dengan pakaian yang terikat membungkus tangan dan seluruh tubuhnya, ciri khas orang gangguan jiwa.

"Mama.."
Tangis pun tak bisa Alya hindari kala melihat Mamanya yang bahkan tidak mendengarkan suaranya lagi.

Meski mereka dipisahkan oleh dinding kaca, tetapi Alya benar-benar ingin memeluk Mamanya. Tidak cukup hanya melihatnya seperti ini. Sebesar apapun rasa kecewanya, ia merasa hancur tidak menyangka jika Mamanya menderita penyakit gangguan mental seperti ini.

Ia teringat perkataan dokter Rizma sebelum ia masuk keruangan ini tadi.

"Ibu Ericka sepertinya sudah sakit sejak lama. Saat melakukan cek darah, ada kandungan obat penenang yang jumlahnya tidak sedikit. Dari perkiraan itu, kami bisa dengan yakin jika ibu Ericka mengkonsumsi rutin obat penenang. Apa sebelumnya ibu Ericka pernah membicarakan hal ini?"

Alya terisak sambil menempelkan telapak tangannya dijendela.
Sorot mata Ericka benar-benar kosong, dan tidak menyadari kehadirannya sama sekali.

"Mama gak pernah cerita ke Alya kalo Mama juga menderita selama ini." Isak Alya.

"... Alya kira, Alya doang yang menderita kesepian tapi kenyataannya... Mama... Mama nahan semuanya sendirian... Mama biarin Alya membenci Mama, padahal Alya gak tahu apa-apa tentang Mama... Mama!!! Denger Alya dong!!!"
Teriak Alya kala melihat Ericka hanya diam namun mata wanita paruh baya itu terlihat berkaca-kaca.

Sean yang melihat Alya mulai histeris pun mencoba menenangkannya dengan sebuah elusan di kedua bahu gadis itu.

"Maaaa... Maafin Alya, Maaaa..."
Alya terus meluapkan perasaannya dan menangisi keadaan Mamanya yang mulai saat ini harus tinggal di ruangan ini dengan pasien lainnya.

"Sayang, udah ya. Jam jenguknya udah abis. Mama kamu juga butuh istirahat." Ucap Sean sambil tetap merangkul Alya.

Alya menatap Mamanya sekali lagi. "Ma, Alya bakal kesini lagi buat tengokin Mama. Mama baik-baik ya, Alya gak bisa disini terus karna jam besuknya abis. Alya rada telat kesininya karna Alya juga baru keluar dari RS. Alya sama Kak Sean pamit dulu ya, Ma."

"Tante, Sean pamit pulang dulu. Tenang aja, Sean bakal jagain Alya, Tante cepet sembuh ya." Pamit Sean.

Alya dan Sean pun pergi meninggalkan tempat itu.

-------

"Jadi, gimana keadaan kamu sekarang?"

Alya menaruh ponselnya di telinga yang lain berganti, karena ia merubah posisi tidurnya menjadi kesamping kanan.

Hari ini ia diijinkan dokter Welmy untuk beristirahat, tapi Alya tahu ini pasti ulah Sean yang meminta agar Alya diberi hari libur hari ini.

Meski begitu, ia bersyukur setidaknya ia bisa beristirahat dan memulihkan badannya.

"Better. Nanti sore aku mau keluar."

"Kemana?"

"Tania ingin bertemu denganku selesai ia bekerja."

Sean memang sudah menceritakan semuanya tentang Donita dan alasannya kenapa melakukan itu pada Ericka. Tapi, jangan sebut Sean jika pria itu tidak bisa melakukan sesuatu. Kesaksian awal Donita malah membuatnya mengakui segala perbuatannya.

Dan kata Sean, posisi Donita sudah terpojok. Jadi, tak ada yang perlu Alya khawatirkan lagi. Ia menyerahkan kasus ini pada pria itu.

"Memang ada baiknya kalian bicara. Tania sepertinya tidak tahu kelakuan Tante Donita, ia terlihat terkejut dan sedih."

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang