8. Apa yang terjadi Sebenarnya?

2.3K 158 31
                                    

Sejak saat itu, baik Alya dan Sean tidak pernah berkomunikasi. Meski Sean sering terlihat sesekali di area rumah sakit.

Kenapa?

Karena, saat ini rumah sakit ini sedang disuntik dana oleh perusahaan Gordano. Dan, alasan lainnya mungkin karena Tania.

Beberapa kali Alya hampir berpapasan langsung dengan Sean. Namun, Alya selalu menghindarinya. Sean sering kali melihat Alya yang menjauhinya.

Sepertinya, Alya tidak ingin keberadaannya diketahui. Meski sebenarnya, Sean mengetahui hal itu.

"Dokter Alya!"

"Ya?" Jawab Alya yang sedang memesan es kopi untuk melepas dahaganya di kantin RS.

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, Alya sepertinya tidak menyadari keberadaan Sean yang sedang duduk di kantin itu menunggu Tania selesai jam kerjanya.

"Kopi lagi, huh?! Sudah dibilang itu tidak baik. Mau kambuh lagi lambungnya kayak kemaren?" Ucap salah satu residen cowok yang terlihat akrab dengan Alya itu.

Alya mendengus kesal sambil memukul bahu sang dokter cowok.

"Jadi manggil buat nyeramahin lagi?"

Dokter itu terkekeh. "Enggak. Tapi sekalian juga sih."

"Ck! Ada apaan?"

"Para dokter senior ada rapat sama kepala bagian. Jadi, kita diminta lembur sekalian nemenin jaga yang ganti shift."

"Yah, balik malem dong."

Dokter itu tertawa melihat Alya tertunduk lesu.

Namun, Dokter Revan merangkul leher Alya dengan gemas membuat Alya berteriak minta dilepaskan.

"Revan! Sialan ya! Rev, lepas gak! Sejak kapan sih kamu jadi nyebelin gini!!"

Bentak Alya namun pasrah mengikuti kemana Revan membawanya.

Semua itu dilihat Sean.

Entah kenapa, Sean tidak menyukai interaksi itu.
Kenapa?

Apa karena selama ini Alya hanya selalu memperhatikannya?
Dan saat Alya memperhatikan yang lain, ia menjadi tidak terima.
Kenapa begitu?

Sean berpikir kenapa ia menjadi egois dan kekanakkan seperti ini?

Ia harus berusaha menjauhi Alya ...
Untuk saat ini.

-------

"Bukankah Tante terlalu egois dengan semua ini?"

Ericka menghela napas dan ia membalikkan badannya menatap lawan bicaranya dengan penuh kesedihan.

"Tante gak bisa lihat Alya terpuruk lagi. Kamu gak akan ngerti karena kamu gak liat gimana hancurnya Alya ketika kamu pergi, papanya begini, dan tante pun tidak pernah ada buat dia, Nak Sean."

Sean mengepalkan jemarinya dengan penuh emosi. Hari ini, ia kembali ke RS lagi untuk mengecek progress sahamnya. Namun, tanpa sengaja ia melihat Ericka yang membentak Alya karena tuntutan keberadaannya dirumah.

"Dia harus tau apa yang terjadi sebenarnya, dan kenapa aku tidak bisa mendekatinya lagi."

"Tante gak bisa biarin dia tahu, Nak!" Bentak Ericka membuat Sean menggertakan giginya sendiri.

Ia tidak habis pikir, semakin lama kebohongan ditimbun, baunya akan semakin busuk.
Semakin lama Alya ditipu, semakin hancur pula Alya jika terlalu lama mengetahuinya.

"Tante tahu kamu juga tidak ingin jauh dari Alya! Tapi, tante gak bisa lakuin itu! Kamu harus sama Tania! Bukan Alya! Tante bisa kehilangan Om jika begitu."

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang