🌼Bagian 5🌼

257 17 0
                                    

🍁🍁🍁

Ailah sedang tiduran di kamarnya. Ia melamun, memikirkan tentang kejadian siang tadi saat ia pulang bersama Abyan.

"Lo berubah, ya."

"M-maksud lo?"

"Lo beda. Lo bukan Icha yang dulu."

Ailah bingung. Sebenarnya Abyan itu siapa? Mengapa Abyan berbicara seolah ia sangat mengenal Ailah?

Entahlah, begitu banyak teka-teki yang harus Ailah pecahkan. Semakin ke sini ia semakin dibuat bingung. Ia tidak tahu apa-apa.

Apa keluarganya menyembunyikan sesuatu darinya?

Ailah meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Ia mengklik sebuah aplikasi berwarna hijau. Membuka room chat lamanya dengan seseorang. Sudah beberapa tahun mereka tidak bertukar kabar setelah kejadian itu.

Ailah menscroll chatnya dari awal. Ia tersenyum kecut. Sungguh ia tidak bisa melupakan dia. Perasaannya masih sama seperti dulu.

"Kamu sekarang lagi ngapain, Lex? Apa kamu sama sekali gak kangen sama aku?" tanya Ailah yang entah pada siapa.

Ia beralih ke galeri. Di sana masih banyak sekali fotanya dengan Alex. Salah satu foto yang sedang ia tatap sekarang adalah foto saat mereka sedang berada di taman depan rumah Ailah. Foto saat mereka berdua sedang tertawa riang.

Dulu Alex selalu datang kerumahnya, tidak ada hari yang ia lewati tanpa Alex. Sekarang ia sangat merindukan mantan kekasihnya itu. Ralat, mungkin mereka bisa dibilang belum putus, karena salah satu dari mereka tidak ada yang mengucapkan kata putus.

Ailah masih mencintai Alex, tapi Ailah juga membenci Alex. Alex meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.

"Kamu tau gak, Lex? Gara-gara kamu ninggalin aku, aku jadi trauma. Aku takut kejadian itu terulang lagi, makanya aku selalu cuek setiap ada laki-laki deketin aku. Aku takut saat aku benar-benar menyayangi seseorang, dia pergi. Sama seperti yang kamu lakuik ke aku, Lex."

Ailah mengusap air matanya. Ia kembali menangis, "Apa kamu gak akan pulang ke sini? aku mau di jodohin, Lex. Princess kamu mau di jodohin sama orang lain. Apa kamu gak cemburu?"

Ailah meluapkan semuanya sambil menatap nanar foto Alex di ponselnya. Hanya ini yang bisa ia lakukan, bercerita hanya dengan memandang foto.

Dulu saat ia terkena masalah ia selalu membaginya dengan Alex.
Alex adalah sosok yang dewasa bagi Ailah, karena setiap kali Ailah tertimpa masalah ia selalu mengadu pada Alex, dan ia selalu mendapatkan jalan keluar setelah itu.

Sudah dua kali Ailah di tinggalkan oleh laki-laki yang ia sayangi, laki-laki yang selalu membuat hari-harinya menjadi indah dan berkesan. Yang pertama sahabatnya, dan yang kedua adalah Alex.

"Aku berharap kamu kembali. Aku gak akan marah sama kamu. Kembali lah ke sini, Lex. Batalkan semua ini."

Ailah mengusap wajahnya kasar. Ia membanting ponselnya asal. Ia kembali menelungkupkan wajahnya di balik bantal.

Ailah menangis dalam diam. Tidak ada yang mengerti perasaannya. Semua orang egois, hanya mementingkan diri sendiri.

Tanpa Ailah sadari sedari tadi Dewi berdiri di ambang pintu dengan sebuah nampan di tangannya. Dewi mendengar semuanya.

Awalnya Dewi hanya akan mengantarkan segelas susu kepada Ailah. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Ailah.

Dewi kembali menutup pintu kamar Ailah pelan. Ia turun menuju dapur hendak meletakkan nampan tadi. Mengambil ponselnya, lalu menghubungi seseorang.

"[...........]"

"[Iya, besok kamu sibuk?]"

"[..........]"

"[Besok Jam 2 siang temuin tante di Cafe dekat rumah, ya?]"

"[.........]"

Sambungan telpon terputus. Dewi menghela nafas. Ia berjalan menuju kamarnya menemui sang Suami.

****

Seorang laki-laki sedang duduk melamun di balkon kamarnya. Ia menatap lurus ke depan.

Ia menoleh saat merasakan seseorang memegang pundaknya, "Kamu kenapa, Nan?" tanya Arini yang ikut duduk di samping Abyan.

"Gimana tadi? Kamu jadi jalan sama dia?"

Abyan tersenyum kecut. Ia menggeleng pelan, "Dia udah berubah, Ma. Nanda udah gak kenal sama dia yang sekarang."

Arini mengusap bahu Abyan, "Dia butuh waktu, Nan. Gak usah terlalu buru-buru."

Abyan menghadap penuh ke arah Arini. Ia menatap Ibunya lekat, "Apa Nanda kasih tau aja siapa Nanda sebenarnya?"

Arini menggeleng cepat, "Belum waktunya. Cinta itu perlu di perjuangkan, Nan. Kamu harus bisa meyakinkan pada dia kalau kamu itu beda. Mama yakin kamu bisa."

Abyan mengangguk walau tampak ragu. Ia tidak yakin bisa melakukannya.

"Ya udah, Mama mau bicara sama Papa dulu . Kamu tidur gih udah malem, besok harus sekolah." Abyan mengangguk, tapi tak bergeming di tempatnya. Matanya kembali menatap kosong ke depan.

Dulu hidupnya terasa sangat berarti. Sekarang hidupnya kosong. Baru saja ia ingin memulai kembali kehidupan yang lebih baik, tapi rasanya tidak mungkin.

Abyan benar-benar tidak menyangka. Semuanya berubah. Andai dulu Abyan berkata jujur walau ia harus merasakan pahit dahulu, mungkin sekarang mereka akan bersama.

Ia terlalu pengecut untuk mengatakan semua itu. Sampai ia lupa semakin lama ia pendam rasa takut itu semakin menjadi.

Entahlah, ia takut nantinya akan berakhir dengan penyesalan. Dimana saat dia mulai menerima tapi semuanya terbuka dan hancur.

'Kemarin aku adalah orang yang kau anggap penting dalam hidupmu, tapi sekarang aku kau anggap sebagai pengganggu'

Kemarin aku adalah tempat kau bersandar, di mana saat kau mulai lelah dan ingin menyerah akan dunia ini

Kemarin kita sangat dekat, tapi sekarang kita terasa asing. Aku tidak pernah menyalahkanmu atas semua ini. Ini salah ku, salah ku karena telah menjatuhkan hati ini padamu. Salah ku karena telah berharap banyak darimu

Dan salah ku karena terlalu menganggap penting akan keberadaanmu, sampai aku lupa bahwa aku tidak berarti apa-apa dalam hidup mu

Aku terlalu baperan untuk kamu yang tidak pekaan....

-----------------------------------------------------------

AILAH(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang