🍂🍂🍂
"Nih, lo minum obatnya." Ailah menyodorkan sebutir obat di depan Alex. Alex hanya menurut, mengambil obat itu lalu menelannya.
"Em, boleh gue kompres? Soalnya badan lo panas." Alex lagi-lagi mengangguk. Tidak menolak atau pun bertanya kepada Ailah. Bahkan Alex merasa kalau dirinya saat ini sedang baik-baik saja, tidak merasa demam sedikitpun.
Tapi ia sama sekali tidak merasa keberatan, karena dengan seperti ini ia bisa kembali diperhatikan oleh Ailah. Perhatian yang selama ini ia rindukan, "Ternyata apa yang kamu bilang kemarin semuanya bohong ya, Cha?"
Ailah seketika menghentikan gerakannya yang semula mengompres dahi Alex. Kini matanya menatap Alex bingung, "Maksudnya?"
"Nyatanya kamu masih peduli sama aku." Bukannya menjawab, Alex malah melanjutkan ucapannya sambil menatap Ailah dengan senyuman.
Ailah terdiam sebentar. Beberapa menit kemudian ia menyadari apa maksud dari ucapan Alex. Dengan cepat ia menjauhkan dirinya dari Alex. Duduk seperti semula dengan wajah datar, "Lo gak usah baper. Gue cuma .... Ya, intinya gue ga ada maksud apa-apa."
Sial!
Mengapa ia bisa segugup itu? Kalau seperti ini bisa-bisa Alex curiga kepadanya, dan menganggap bahwa ia masih memperdulikan Alex.
Alex menganggukkan kepalanya berulang kali, "Ok, aku terima gengsi kamu," ucapnya sambil mengulas senyum.
Ailah mendelik tajam, "Terserah," ucapnya. Selanjutnya ia langsung ke luar dari mobil Alex. Alex yang melihat itu tak bisa lagi menghentikan Ailah. Alex kalah cepat.
****
Ailah pulang ke rumah dengan wajah lesu. Ia merasa kesal karena hari ini usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Bahkan ia rela tidak masuk sekolah hanya karena ingin bertemu dengan Adam dan menanyakan hal itu. Tapi Adam sama sekali tidak memberi jawaban atas pertanyaannya.
Ailah menaiki anak tangga dengan pelan. Tas ransel yang seharusnya berada di punggungnya kini sudah berada di lantai. Saking tidak semangatnya ia sampai malas untuk menyandang tas itu hingga diseretnya disepanjang perjalanan menuju rumahnya. Iya, dari rumah Adam sampai ke sini ia berjalan kaki.
Dug
Kepalanya menabrak sesuatu. Ia mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja ia tabrak.
Ailah menghela nafas pelan. Ingin pergi begitu saja. Namun, tangannya tiba-tiba ditahan oleh Abyan.
Abyan menatap perempuan di depannya dengan wajah berkerut. Seperti sedang bertanya sesuatu, "Lepasin," ucap Ailah dingin.
"Kenapa?" tanya Abyan dengan menatap wajah Ailah intens. Bukannya menjawab Ailah malah menghentakkkan tangan Abyan kasar, lalu pergi begitu saja.
Abyan membalikkan badannya. Menatap punggung Ailah yang semakin menjauh darinya. Merasa sedikit menyesal atas perbuatannya tadi pagi. Mungkin Ailah masih marah dengannya.
****
Brakk!
"Masih berani sekolah lo setelah kejadian kemarin?! Ck ck, gak tau malu banget sih."
Ailah yang baru saja sampai di kelas pun dibuat bingung. Masalah apa lagi ini? Bahkan ini masih pagi sekali.
Ia berdiri, menatap Dini dengan penuh tanya, "Maksud lo apa?" tanyanya santai.
"Tas, Fin, kalian liat sendiri 'kan respon dia? Heh, ketauan banget pura-puranya." Tasya dan Fine serentak mengangguk menyetujui.
Ailah beralih menatap Arkan yang duduk di depannya, "Al, ini ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AILAH(END)✅
Novela JuvenilSIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA!! BOLEH KASIH KRISAR, TAPI YANG SOPAN! *** "Kak Nanda harus kuat. Ikhlasin tante, tante pasti udah bahagia disana" "Lo pernah kan ngerasain diposisi gue?" "Berenti sok nasehatin! Seharusnya lo ngerti keadaan gue, kare...
